An-Nawaqidhul Islam 19 : Penjelasan Kaidah Kedua Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 8
Kenapa kita tidak kembali kepada Al-Qur’an & juga
Hadits untuk mendapatkan syafaat di hari kiamat, untuk mendapatkan kedekatan
kepada Allāh.
Untuk mendapatkan syafaat di hari kiamat modalnya satu
yaitu mentauhidkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, seseorang apabila meng-Esakan
Allāh didalam beribadah tidak menyekutukan Allāh sedikitpun maka orang yang
seperti ini yang kelak mendapatkan syafaat di hari kiamat.
Sebagaimana dalam hadits Rasulullãh ﷺ bersabda:
لِكُلِّ
نَبِىٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِىٍّ دَعْوَتَهُ
وَإِنِّى اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِى شَفَاعَةً لأُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِىَ
نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِى
لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
“setiap Nabi memiliki doa yang mustajab &
masing-masing dari Nabi tersebut telah menyegerakan doa nya di dunia &
sesungguhnya aku (Rasulullãh) menyimpan doa ku untuk hari kiamat sebagai
syafaat bagi umatku (kemudian beliau mengatakan) maka syafaat ku tersebut akan
diterima akan diberikan kepada siapa?
مَنْ
مَاتَ مِنْ أُمَّتِى لاَ
يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
Kepada umatku yang meninggal dunia & dia dalam
keadaan tidak menyekutukan Allāh sedikitpun”.
Mereka lah orang-orang yang akan mendapatkan syafaat.
يَا
رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ
النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ
“ya Rasulullãh siapa yang paling gembira & paling
berhak mendapatkan syafaat mu”.
Siapakah mereka?.
Beliau mengatakan
مَنْ
قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ
“orang yang mengucapkan Laa ilaahaa illallaah ikhlas dari hatinya”. [HR Bukhari, no.99].
Maksudnya adalah mentauhidkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Ini adalah modal utama untuk mendapatkan syafaat di hari
kiamat.
Maka itu masing-masing mempersiapkan diri & untuk
mendapatkan kedekatan kepada Allāh, caranya sudah diterangkan didalam Al-Qur’an
dan juga hadits, yaitu dengan cara bertakarub kepada Allāh dengan amal sholeh.
Orang-orang sholeh tersebut /para Nabi tersebut / para Malaikat, bagaimana
mereka bisa deket dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla?
Yaitu dengan amal sholeh mereka.
Kalau kita ingin dekat sebagaimana mereka dekat dengan
Allāh Subhānahu wa Ta’āla, MAKA kita mengambil cara mereka yaitu beriman &
juga beramal sholeh.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman didalam hadits Qudsi
:
مَا
تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ
أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ
عَلَيْهِ
“hamba-Ku tidak bertaqarrub kepada-Ku dengan sesuatu yang
lebih aku cintai dari pada apa yang sudah Aku wajibkan atasnya”.(HR. Bukhâri).
Qurba ketaatan ibadah yang paling Allāh cintai, yang
paling mendekatkan diri kita kepada Allāh adalah kewajiban-kewajiban.
Apa yang Allāh
wajibkan jika kita amalkan maka akan mendekatkan diri kepada Allâh, bahkan ini
adalah yang paling mendekatkan diri kita kepada Allāh,
✓ Shalat lima waktu
✓ Berpuasa di bulan ramadhan
✓ Zakat yang wajib
✓ Haji yang wajib
✓ Nafkah yang wajib
Ini adalah
amalan-amalan yang wajib, ini adalah yang paling mendekatkan diri kita kepada
Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
وَمَا يَزَالُ عَبْدِيْ
يَتَقَرَّبُ إِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ،
“dan senantiasa hambaKu bertaqarrub kepadaKu dengan sesuatu
yang nafilah (yang dianjurkan) sampai Aku mencintainya”.
Menunjukkan bahwasanya selain dengan kewajiban kita
bertaqarrub kepada Allāh dengan sesuatu yang dianjurkan & di sunnah kan.
Ini adalah cara bertaqarrub supaya kita dekat dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Amalan orang yang shaleh para nabi adalah untuk dirinya,
mendekatkan diri mereka kepada Allāh. Adapun kita kalau kita ingin dekat kepada
Allāh maka kita juga harus beriman & juga beramal shaleh.
Sumber : Halaqoh Silsilah Islamiyyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy Lc. MA