ikhlas

Monday, April 22, 2019

HSI 9.25 Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 3


Halaqah yang Ke-25 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 3"

16. Berbaik sangka kepada Allāh ketika melihat dirinya diberi hidayah kepada Tauhid, Sunnah dan ketaatan maka dia berbaik sangka kepada Allāh, bahwa Allāh menghendaki pada dirinya kebaikan dan ingin memudahkan dia masuk kedalam Surga Nya.

17. Menimbulkan rasa takut didalam diri seorang hamba dari suul Khotimah, sehingga dia tidak tertipu dengan amal sholeh nya karena dia tidak tau dengan apa Allāh akan menakdirkan akhir amalannya.

18. Menimbulkan sifat tidak suka merendahkan orang lain dan menghinakan orang lain yang terjerumus kedalam kemaksiatan karena dia tidak tau dengan apa Allāh akan menakdirkan akhir dari amalan orang tersebut.

19. Memerdekakan akal dan diri dari khurafat dan Tathoyyur dan dia meyakini bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari takdir Allāh. Tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Allāh dantidak ada yg menolak kejelekan kecuali Allāh.

20. Menjadikan seseorang rendah hati dan tidak sombong ketika diberikan rezeki oleh Allāh baik berupa harta, kedudukan maupun ilmu dll. Karena ini semua datang dari Allāh dan dengan Takdir Allāh dan kalau Allāh menghendaki Allāh akan mengambilnya dari kita sewaktu².

21. Membawa ketenangan didalam hati dan ketentraman jiwa karena ketika musibah dia merasa itu yg terbaik dan pasti ada hikmahnya dan dia mengetahui bahwa orang yang ridha maka Allāh akan ridha kepadanya sehingga dia tidak cemas & gelisah & tidak berangan² dan berandai².

Akhirnya semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan kita termasuk orang yang beriman dengan Takdir Allāh yang baik maupun yang buruk dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan karunia kepada kita semua sehingga kita bisa merasakan buah buah yang baik dari beriman dengan Takdir dan sesungguhnya Allāh mengabulkan doa.


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

Demikianlah yang bisa saya sampaikan didalam Silsilah Beriman Dengan Takdir Allāh & sampai bertemu kembali pada Silsilah Ilmiah selanjutnya yaitu "Silsilah Sirah Nabawiyyah".


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

HSI 9.24 Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 2


Halaqah yang Ke-24 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh ”Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 2″.

9. Membuahkan semangat yang tinggi didalam melakukan kebaikan yang berkaitan dengan agama

seperti ibadah, menuntut ilmu, berdakwah dll. Orang yang beriman dengan Takdir Allāh tidak takut celaan orang yang mencela ketika berdakwah, tidak terlalu hancur hatinya ketika melihat orang yang tidak menerima dakwahnya dan dia tidak pamer atau bangga diri ketika mendapatkan orang yang mendapatkan hidayah dengan sebab dirinya karena semua itu sudah ditakdirkan oleh Allāh ajja wajalla.

10. Membuahkan semangat yang tinggi didalam berbuat kebaikan yang berkaitan dengan dunia

seperti bekerja yang halal, melakukan aktivitas yang diperbolehkan & bermanfaat dll. Dia tidak mudah menyesal dan berputus asa ketika menghadapi musibah yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.

11. Membuahkan ridha terhadap hukum² Allāh baik yang berupa hukum² syariat, maupun hukum² Kauniah.

12. Membuahkan kebahagiaan dan menghilangkan kesedihan karena dia mengetahui & yakin bahwa Allāh memilih yang terbaik baginya didalam urusan dunia, agama dan akhir dari perkaranya. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
… ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Dan mungkin saja kalian membenci sesuatu & dia adalah baik bagi kalian & mungkin saja kalian mencintai sesuatu dan dia adalah jelek bagi kalian & Allāh Dia-lah yang mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui” (Al-Baqarah : 216)
13. Membuahkan keistiqomahan di atas jalan yang lurus baik dalam keadaan mendapatkan nikmat atau tertimpa musibah, karena dia akan bersyukur ketika mendapatkan nikmat & akan bersabar ketika dia terkena musibah.

14. Tidak putus asa dari pertolongan Allāh bagaimana pun besarnya fitnah dan banyaknya ujian, karena dia yakin bahwa akhir yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa dan ini adalah ketentuan Allāh yang sudah Allāh tentukan. Allāh berfirman:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا

“Dia-lah yang telah mengutus Rasul Nya dengan petunjuk agama yang benar untuk menampakkan agama tersebut diatas seluruh agama dan cukuplah Allāh sebagai saksi” (Al-Fath : 28)
Dan Allāh mengatakan:
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ

“Sesungguhnya Kami akan menolong Rasul² Kami & orang² yang beriman di kehidupan dunia & ketika bangkit para saksi” (Ghafir : 51)
15. Menjadikan didalam diri seorang hamba Qonaah /merasa cukup dengan pemberian Allāh azza wa jalla, tidak rakus terhadap dunia dan tidak meminta minta kepada orang lain, karena dia meyakini bahwa rezeki sudah tertulis dan tidak mungkin orang lain bisa menyampaikan kepadanya sebuah rezeki kecuali apa yang sudah Allāh tulis sebelumnya.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

HSI 9.23 Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 1


Halaqah yang Ke-23 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh ”Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 1

Diantara buah beriman dengan Takdir Allāh 'azza wajalla

1. Beriman Dengan Takdir adalah sebab seseorang merasakan lezatnya iman, Berkata Ubadah Ibnu Shomid kepada putranya
يا بني! إنك لن تجد طعم الإيمان حتى تعلم أن ما أصابك لم يكن ليخطئك، وما أخطأك لم يكن ليصيبك،

“Wahai anakku sesungguhnya engkau tidak akan merasakan lezatnya hakikat keimanan sampai engkau meyakini bahwa apa yang menimpamu tidak akan luput darimu & apa yang luput darimu tidak akan menimpamu” (diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibn Majjah)
2. Membuahkan keberanian, keyakinan, tawakal dan bergantung hanya kepada Allāh, karena dia meyakini bahwa tidak akan menimpa dia kecuali apa yang sudah Allāh tulis, Allāh berfirman:
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

“Katakanlah tidak akan menimpa kami kecuali yang sudah Allāh tentukan untuk kami, Dia-lah penolong kami dan hanya kepada Allāh lah orang-orang yang beriman bertawakal” (At-Taubah : 51)
3. Membuahkan akhlak yang mulia, seperti kedermawan karena apabila seseorang mengetahui bahwa kekayaan & kemiskinan dengan Takdir Allāh dia tidak akan takut berinfak fi sabilillah.

4. Membuahkan rasa syukur ketika mendapatkan nikmat , menyadarkan kenikmatan tersebut kepada Allāh, karena Dia-lah yang mentakdirkan, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ…

“Dan nikmat apa saja yang ada pada kalian maka itu adalah dari Allāh ” (An-Nahl : 53)
5. Membuahkan petunjuk dan kesabaran ketika mendapatkan musibah, Allāh berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Musibah apa saja yang menimpa baik dibumi maupun pada diri² kalian kecuali sudah ditulis di dalam sebuah kitab sebelum Kami menjadikannya, sesungguhnya yang demikian adalah sangat mudah bagi Allāh”. (Al-Hadid : 22)
6. Semakin kuat keimanan seseorang dengan Takdir Allāh maka akan semakin kuat tauhid nya, karena iman dengan Takdir adalah bagian dari iman dengan Rububiyah Allāh, yang konsekuensi nya adalah tauhid Uluhiyyah.

7. Membuahkan keikhlasan dan terjauh dari riya, karena orang yang beriman dengan Takdir mengetahui bahwa Allāh telah menentukan segalanya dan menyadari bahwa mencari pahala dari manusia tidak akan memberikan manfaat.

8. Menghilangkan rasa dengki antar sesama muslim karena dia menyadari bahwa rezeki sudah diatur dan dibagi oleh Allāh dengan hikmah yang dalam lalu untuk apa seseorang dengki dan iri.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini & sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

HSI 9.22 Hidayah Taufik & Kesesatan menurut Ahlussunnah


Halaqah yang Ke-22 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh ”Hidayah Taufik dan Kesesatan menurut Ahlus Sunnah

Telah Menyimpang didalam masalah ini 2 aliran Al Qodariah dan Al Jabirriyyah, adapun Al Qodariah, mereka meyakini bahwa Allāh bukanlah yang memberikan hidayah Taufik dan Allāh bukanlah yang menyesatkan dan mereka mengatakan bahwa makna Allāh memberikan hidayah yg datang didalam dalil seperti dalam firman Allāh
… وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ…

“Akan tetapi Allāh memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki” (Al-Qashash : 56)
Adalah penamaan orang tersebut dengan orang yang mendapatkan hidayah & mereka mengatakan bahwa maksud Allāh menyesatkan seperti yang datang didalam firman Allāh 'azza wa jalla
… ۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ… ۚ

“demikianlah Allāh menyesatkan siapa yang Dia kehendaki” (Al-Muddatstsir : 31)
Adalah penamaan orang tersebut dengan orang yang sesat dan; ini tentunya bertentangan dengan dalil² yang telah berlalu yang menunjukkan bahwa Allāh Dia-lah yang memberikan hidayah Taufik dan Dialah yang menyesatkan.

Demikian pula Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menjadikan hidayah yang Allāh berikan kepada seorang hamba sebagai karunia dan anugerah, sebagaimana firman Allāh:
… ۖ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ..

“akan tetapi Allāh memberikan anugerah kepada kalian dengan memberikan hidayah kepada keimanan” (Al-Hujurat : 17)
Seandainya maksud Allāh memberikan hidayah adalah hanya penamaan pelaku nya dengan orang yang mendapatkan hidayah maka ini tidak dinamakan dengan karunia dan anugerah karena seandainya ini adalah karunia /anugerah, maka kita sebagai makhluk juga memberikan karunia dan anugerah sebab kitapun sebagai makhluk juga menamakan orang tersebut sebagai orang yang mendapatkan hidayah.

Adapun Al Jabariyyah maka mereka meyakini bahwa Allāh memaksa mereka tidak memberikan mereka kehendak, tidak memberikan mereka kemampuan, menghalangi mereka dari sebab² mendapatkan petunjuk dan ini juga bertentangan dengan dalil-dalil yang telah berlalu yang menunjukkan bahwa seorang hamba diberi kehendak dan kemampuan diberi kesempatan memilih dan ditunjukkan kepadanya jalan yang lurus.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

HSI 9.21 Hidayah Taufik Dan Kesesatan Menurut Ahlussunnah


Halaqah yang Ke-21 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Hidayah Taufik & Kesesatan menurut Ahlus Sunnah

Hidayah terbagi menjadi dua

1. Hidayatul Irsyad,

Yaitu Bimbingan dan arahan menuju jalan yang benar.

Hidayah jenis ini dimiliki para Nabi dan orang-orang yang mengikuti para Nabi dari kalangan para dai, karena mereka membimbing dan mengarahkan manusia kepada jalan Allāh.

Allāh berfirman:
… ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Dan sesungguhnya engkau sungguh² memberikan hidayah kepada jalan yang lurus” (Asy-Syura : 52)
Maksudnya adalah membimbing dan mengarahkan menuju jalan yang lurus.

2. Hidayatu Taufik

Yaitu pembukaan hati dan pelapangan dada untuk menerima kebenaran & mengamalkannya. Hidayah Taufik Ini hanya dimiliki oleh Allāh tidak dimiliki oleh Nabi dan Dai, Allāh berfirman:
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya engkau tidak memberikan kepada orang yang engkau cintai akan tetapi Allāh lah yang memberikan hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki dan Dia lebih mengetahui siapa orang yang mendapatkan petunjuk” (Al-Qashash : 56)
Hidayah Taufik Allāh berikan kepada siapa yang dikehendaki dan kesesatan juga Allāh berikan kepada siapa yang dikehendaki, Allāh berfirman:
… ۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ…

“demikianlah Allāh menyesatkan siapa yang dikehendaki dan memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki” (Al-Muddatstsir : 31)
Barangsiapa yang Allāh berikan hidayah Taufik tidak ada yang bisa menyesatkannya & barangsiapa yang Allāh sesatkan maka tidak ada yang bisanya memberikan hidayah, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ ۚ…

“Barangsiapa yang Allāh sesaat maka tidak akan ada yang memberikan hidayah” [QS Al-A’raf 186]
Dan Allāh berfirman:
وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُضِلٍّ ۗ…

“Dan barangsiapa yang Allāh berikan hidayah maka tidak akan ada yang bisa menyesatkan dirinya” (Az-Zumar : 37)
Dan Rasulullãh ﷺ bersabda:
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

“Barangsiapa yang Allāh berikan hidayah maka ada yang menyesatkan & barangsiapa yang Allāh sesatkan maka tidak ada yang memberikan hidayah” (HR Muslim)
Allāh memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki dengan karunia Nya & anugerah Nya dan Allāh lebih mengetahui siapa diantara hamba Nya yang berhak untuk mendapatkan petunjuk dan Allāh menyesatkan siapa yang Allāh kehendaki dengan keadilan Nya dan Allāh lebih tahu siapa yang berhak untuk disesatkan.

Kesesatan tersebut adalah keadilan Allāh bukan kedholiman Nya, karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menegakkan hujjah atas hamba Nya memberikan kesempatan baginya untuk mengikuti petunjuk Allāh, diberikan akal untuk berfikir dan memilih, diutus kepada seorang Rasul yang menjelaskan, diturunkan kepadanya kitab dan diperlukan kepadanya jalan yang lurus.

Apabila dia adalah orang yang hiperbola akalnya atau anak yang belum baligh atau orang yang tidur maka tidak ditulis amalannya. Rasulullãh ﷺ bersabda :
رُفِعَ القلمُ عن ثلاثة، عَنِ النَّائمِ حتَّى يستَيقِظ ،و عنِ الصَّبيِّ حتَّى يَكْبرََ ، وعنِ المجنونِ حتَّى يعقل أو يفيق

“diangkat pena dari tiga golongan dari orang yang tidur sampai dia bangun, dari anak kecil sampai dia baligh dan dari orang yang gila sampai dia berakal /sadar” (Hadīts shahih An Nasaii & Ibn Majjah dari Aisyah radiallahu anha)
Orang yang belum sampai kepadanya risalah seorang Rasul maka tidak akan di azab, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
… ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا

“Dan Kami tidak akan mengazab sampai Kami mengutus seorang Rasul” [QS Al-Isra’ 15]
Apabila sudah sampai kepada mereka petunjuk & mereka tidak menerima serta tidak mengamalkan & lebih memilih durhaka & maksiat kepada Allāh, maka Allāh akan menyesatkan mereka dan ini adalah keadilan bukan kezaoliman, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِلَّ قَوْمًا بَعْدَ إِذْ هَدَاهُمْ حَتَّىٰ يُبَيِّنَ لَهُمْ مَا يَتَّقُونَ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Dan tidaklah Allāh menyesatkan sebuah kaum setelah memberikan petunjuk kepada mereka sampai Allāh menjelaskan kepada mereka apa yang mereka taqwai , sesungguhnya Allāh Maha Mengetahui segala sesuatu” (At-Taubah : 115)
Di dalam ayat ini Allāh menjelaskan bahwasanya Allāh menyesatkan mereka setelah mereka tidak menerima petunjuk Allāh yang sampai kepada mereka.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

Tuesday, April 16, 2019

HSI 9.20 Amalan Hamba / Ikhtiariyah Menurut Ahlus Sunnah


Halaqah yang Ke-20 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Amalan Hamba / Ikhtiariyah Menurut Ahlus Sunnah

Amalan Hamba terbagi menjadi dua

1. Amalan Hamba Iftiroriyyah yaitu Amalan hamba yang seorang hamba tidak bisa memilih seperti gerakan orang yang menggigil.


2. Amalan hamba Ikhtiariyah yaitu amalan hamba yang seseorang bisa memilih. Seperti Amalan-amalan ketaatan dan Amalan-amalan kemaksiatan.

Ahlus Sunnah Wal Jamaah meyakini bahwa Allāh yang Menciptakan amalan mereka bukan mereka sendiri yang menciptakan amalan tersebut, sebagaimana keyakinan orang Qodariyyah.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

“Dan Allāh yang Menciptakan kalian dan apa yang kalian kerjakan” (Ash-Shaffat : 96)
Dan Rasulullãh ﷺ bersabda:
إنَّ اللهَ صانِعُ كُلِّ صانِعٍ و صَنعَتِهِ

“Sesungguhnya Allāh Yang Menciptakan setiap pelaku & apa yang dia lakukan” (HR Al Hakim, Hasan didalam Al Mustadrak)
Dan Ahlus Sunnah meyakini bahwa para hamba merekalah pelaku dari apa yang mereka amalkan, Allāh yang Menciptakan keimanan & kekafiran dan seorang hamba dialah yang beriman dan dialah yang kafir. Allāh menciptakan ketaatan dan kemaksiatan dan hamba dialah yang taat dan dialah yg bermaksiat.

Allāh menciptakan shalat & puasa dan hamba lah yang melakukan shalat & dialah yang melakukan puasa, bukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menjadi pelaku itu semua, sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Al Jabriyyah. Allāh berfirman:
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Maka sebuah jiwa tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka berupaya hal-hal yang menyejukan mata mereka sebagai balasan atas apa yang mereka amalkan” (As-Sajadah : 17)
Di dalam ayat ini Allāh mengabarkan bahwa amal yang dilakukan para hamba adalah sebab mereka mendapatkan kenikmatan di Surga, menunjukkan bahwa pelaku amalan tersebut adalah hamba dan bukan Allāh.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan para hamba kudrah atau kemampuan sebagaimana firman Allāh”
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ..

“Allāh tidak membebani sebuah jiwa kecuali sesuai dengan kemampuannya” (Al-Baqarah 286)
Dan Allāh juga memberikan mereka Iradah /keinginan. Allāh-lah yang Menciptakan Iradah pada diri mereka dan Iradah mereka dibawah Iradah Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Allāh berfirman:
لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ, وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“bagi siapa diantara kalian yang ingin istiqomah dan tidaklah kalian menghendaki istiqomah kecuali dengan kehendak Allāh Rabb semesta alam” (At-Takwir 28,29)
Ini semua menunjukkan tentang ucapan bathil nya Al Jabriyyah bahwa hamba dipaksa melakukan ketaatan atau kemaksiatan tidak ada pilihan bagi mereka, mereka tidak memiliki qudrah & iradah keadaan mereka seperti gerakan pohon yang tertiup angin mengikuti kemana arah angin tersebut.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

HSI 9.19 Makna Ucapan Rasulullãh ﷺ “Kejelekan Tidak Kepadamu


Halaqah yang Ke-19 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Makna Ucapan Rasulullãh ﷺ “Kejelekan Tidak Kepadamu

Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menciptakan segala sesuatu yang bermanfaat maupun yang memudhoroti, yang baik maupun yang buruk. Adapun sabda Nabi ﷺ didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
والشر ليس إليك

” Dan kejelekan tidak di sandarkan kepadamu”
Maka hadits ini tidak menunjukkan bahwa kejelekan tidak dicipta oleh Allāh. Para ulama telah menjelaskan bahwa makna hadits ini :

1. Ini adalah bentuk adab kita kepada Allāh ajja wajalla. Tidak boleh kita berkata “wahai Yang Menciptakan kejelekan” / “Wahai Pencipta Babi”. Meskipun Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dia-lah Yang Menciptakan itu semua.

2. Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak menciptakan secara murni kejelekan. Kejelekan yang Allāh ciptakan pasti ada hikmahnya, dilihat dari sisi hikmah inilah kejelekan yang menimpa manusia tersebut adalah baik dipandangan Allāh 'azza wa jalla, maka tidak boleh disandarkan kejelekan kepada Allāh 'azza wa jalla.

Misalnya Allāh mentakdirkan rezeki ada diantara manusia yang diluaskan rezekinya dan ada yg disempitkan, disempitkan dengan hikmah dan di luaskan dengan hikmah.

Diantara hikmah di sempitkan rezeki seseorang adalah supaya dia tidak berlebihan di dunia supaya dia banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada Allāh dan diantara hikmahnya adalah supaya terjadi saling membutuhkan antara orang yang kaya dan orang yang miskin.

3. Ada diantara ulama yang mengatakan bahwa makna ucapan Nabi ﷺ “kejelekan tidak di sandarkan kepadamu” maksudnya tidak boleh bertaqarrub kepada Allāh dengan kejelekan.

4. Ada diantara Ulama yang mengatakan bahwa maknanya kejelekan tidak akan sampai kepada Allāh, tetapi kebaikan itulah yang akan sampai kepada Allāh. Penyandaran kejelekan didalam dalil tidak dilakukan secara khusus kepada Allāh tetapi terkadang dengan Penyandaran umum , seperti firman Allāh 'azza wa jalla :
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ…

“Allāh Yang Menciptakan segala sesuatu” (Az-Zumar 62)
Dan terkadang disandarkan kejelekan tersebut kepada penyebabnya, sebagaimana firman Allāh :
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“Dari kejelekan apa yang dia ciptakan”. (Al-Falaq 2)
Terkadang Allāh Subhānahu wa Ta’āla menggunakan kalimat pasif, sebagaimana firman Allāh:
وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا

“Dan sesungguhnya kami (bangsa Jin) tidak mengetahui apakah kejelekan yang diinginkan terhadap penduduk bumi ataukah Rabb mereka menginginkan bagi penduduk bumi kebaikan” (Al-Jinn 10)
Itulah yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

HSI 9.18 Kapan seseorang boleh beralasan dengan Taqdir


Halaqah yang Ke-18 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Kapan seseorang boleh beralasan dengan Taqdir"

Takdir dijadikan Hujjah dan alasan didalam musibah dan bencana dan tidak boleh dijadikan Hujjah / alasan didalam dosa dan kemaksiatan.

Ketika musibah seseorang mengatakan "ini adalah takdir Allāh” dan “ini adalah dengan izin Allāh” Atau mengatakan “apa yang Allāh kehendaki pasti terjadi”

Maka hal ini akan membawa ketenangan dan kebaikan pada dirinya. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
(مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ)

“Tidaklah menimpa sebuah musibah kecuali dengan izin Allāh & barangsiapa yang beriman kepada Allāh maka Allāh akan memberikan petunjuk kepada dirinya dan Allāh Maha Mengetahui segala sesuatu” (At-Taghabun : 11)
Dan Nabi ﷺ bersabda:
وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ : لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا لَكَانَ كَذَا وَ كَذَا , وَلَكِنْ قُلْ : قَدَرُ اللهِ وَ مَا شَاءَ فَعَلَ , فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

”Dan apabila engkau tertimpa musibah maka janganlah engkau mengatakan seandainya aku melakukan demikian niscaya akan demikian dan demikian akan tetapi ucapkanlah ini adalah takdir Allāh dan apa yang Allāh kehendaki akan Dia lakukan karena sesungguhnya ucapan seandainya ini membuka amalan syaitan” (HR Muslim)
Namun ketika berbuat maksiat dan di nasehati maka tidak boleh seseorang berhujjah dengan Takdir atas maksiat yang dia lakukan kemudian dia mengatakan “saya berbuat maksiat karena takdir Allāh” / “kalau Allāh menghendaki niscaya saya tidak berbuat maksiat” dll.

Orang-orang Musyrikin ketika dahulu didakwahi oleh para Nabi untuk Bertauhid mereka menolak & mereka berhujjah dengan Takdir atas kesyirikan dan kemaksiatan yang mereka lakukan.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَقَالَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا عَبَدْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ نَحْنُ وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ ۚ كَذَٰلِكَ فَعَلَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

“Dan berkata orang-orang musyrikin seandainya Allāh menghendaki niscaya kami tidak menyembah selain Allāh sedikit pun kami dan bapak² kami dan niscaya kami tidak mengharamkan sedikit pun demikianlah orang-orang sebelum mereka maka tidak ada kewajiban atas rasul kecuali menyampaikan dengan jelas” (An-Nahl : 35)
Adapun ucapan Nabi Adam alaihi salam yang disebutkan didalam hadits
احتجَّ آدمُ وموسى ، فقالَ لَهُ موسَى : أنتَ آدمُ الَّذي أخرجتكَ خطيئتُكَ منَ الجنَّةِ ؟ فقالَ لَهُ آدمُ : أنتَ موسى الَّذي اصطفاكَ اللَّهُ برسالتِه وبكلامِه ، ثمَّ ، تَلومُني على أمرٍ قُدِّرَ عليَّ قبلَ أن أُخلَقَ؟ فقال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم : فحجَّ آدمُ موسَى

“Adam dan Musa saling berhujjah, maka berkata Musa _engkau adalah Adam yg dosa mu telah mengeluarkanmu dari surga berkata Adam engkau adalah Musa yang Allāh telah memilih mu sebagai seorang Rasul dan memilih mu sebagai manusia yang pernah diajak bicara oleh Allāh, kemudian engkau mencela ku atas sebuah perkara yang telah di takdirkan untuk ku sebelum aku diciptakan_ maka Rasulullãh ﷺ bersabda Adam telah mengalahkan Musa dalam berhujjah (HR Al Bukhâri dan Muslim)
Beliau ﷺ mengucapkannya dua kali.

Maka perlu diketahui bahwa Nabi Adam alaihi salam didalam hadits ini tidak berhujjah dengan Takdir atas dosa yang beliau lakukan akan tetapi beliau berhujjah dengan Takdir atas musibah yang menimpa beliau dan keturunan beliau, yaitu musibah keluarnya beliau dari surga yang efek nya juga dirasakan oleh keturunan beliau 'alayhi salam.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

HSI 9.17 Peran Doa Didalam Beriman Dengan Takdir Allāh


Halaqah yang Ke-17 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Peran Doa Didalam Beriman Dengan Takdir Allāh"

Takdir telah tertulis, akan tetapi bukan berarti seseorang meninggalkan berdoa kepada Allāh berdoa adalah bagian dari mengambil sebab yang diperintahkan untuk mendapatkan kebaikan Dunia maupun kebaikan Akhirat.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ

“Dan berkata Rabb kalian, hendaklah kalian berdoa kepada Ku niscaya Aku akan mengabulkan untuk kalian” (Ghafir : 60)
Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ…

“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang diriKu, maka sesungguhnya Aku adalah dekat mengabulkan doanya orang yang berdoa kepada Ku ” (Al-Baqarah : 186)
Dan Doa adalah Ibadah sebagaimana sabda Nabi ﷺ :
الدعاء هو العبادة

” Doa itu adalah Ibadah” (HR Abu Daud, At Tirmidzi, An Nasai dan Ibn Majjah)
Dan Rasulullãh ﷺ bersabda:
وﻻ ﻳﺮﺩ ﺍﻟﻘﺪﺭ ﺇﻻ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ

“Dan tidak menolak Al Qadar kecuali Doa ” (HR Al Hakim)
Dan bukanlah yang dimaksud dengan doa bisa menolak takdir, bahwa doa bisa melawan takdir Allāh yang sudah Allāh tulis akan tetapi makna Al Qadar disini adalah Al Muqaddar yaitu sesuatu yang di Takdir kan artinya Doa bisa menjadi sebab berubahnya keadaan yang ditakdirkan oleh Allāh menjadi keadaan lain yang juga ditakdirkan oleh Allāh.

Contoh seseorang ditakdirkan sakit kemudian dia berdoa kepada Allāh meminta kesembuhan kemudian Allāh mengabulkan doa nya dan menakdirkan kesembuhan bagi orang tersebut.

Dan doa yang dipanjatkan oleh seseorang kepada Allāh adalah bagian dari takdir Allāh. Lalu bagaimana dikatakan bahwa doa bisa melawan takdir Allāh ajja wajalla.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini adan sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

Monday, April 15, 2019

HSI 9.16 Aliran Yang Menyimpang Di Dalam Masalah Iradah Syar’iyyah dan Iradah Kauniah


Halaqah yang Ke-16 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Aliran Yang Menyimpang Di Dalam Masalah Iradah Syar’iyyah dan Iradah Kauniah"

Aliran Yang Menyimpang Di Dalam Masalah Iradah Syar’iyyah dan Iradah Kauniah adalah Al Qodariah

Al Jabriyah, Mereka tidak membedakan antara Iradah Syar’iyyah dan Iradah Kauniah, mereka menganggap bahwa semua yang terjadi adalah dicintai oleh Allāh.

Adapun Al Qodariah mereka menganggap bahwa setiap yang diinginkan oleh Allāh pasti dicintai oleh Allāh dan yg tidak Allāh cintai dan ridhoi berarti terjadi tidak dengan keinginan Allāh dan tidak diciptakan oleh Allāh dan diantara yg tidak dicintai oleh Allāh adalah Kekafiran dan kemaksiatan

Dengan demikian kekafiran dan kemaksiatan tidak diciptakan oleh Allāh karena Allāh tidak mencintainya, kemudian akhirnya mereka menyimpulkan bahwa seluruh amalan makhluk semuanya bukan dengan Iradah dan penciptaan Allāh tetapi dengan Iradah makhluk tersebut tanpa campur tangan Iradah Allāh dan penciptaan Allāh.

Dan adapun Al Jabriyah maka mereka mengatakan bahwa semua yang terjadi adalah dengan Iradah dan penciptaan Allāh dan setiap yang diinginkan oleh Allāh dan diciptakan pasti dicintai oleh Allāh dan kekufuran serta kemaksiatan diciptakan oleh Allāh berarti kekufuran dan kemaksiatan dicintai oleh Allāh ajja wajalla.

Dengan demikian kita mengetahui bahwa orang-orang Al Qodariah tersesat karena meyakini terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan oleh Allāh didalam kerajaan Allāh dan mereka benar ketika mengatakan kalau Allāh tidak mencintai kekafiran dan kemaksiatan dan kita mengetahui bahwa orang-orang Al Jabriyah tersesat karena meyakini bahwa kekufuran dan kemaksiatan di cintai oleh Allāh dan mereka benar ketika meyakini bahwa Allāh yang mentakdirkan itu semua.

Adapun Ahlus Sunnah maka Allāh memberikan petunjuk kepada mereka, mereka meyakini bahwa Allāh mentakdirkan segala sesuatu termasuk kekafiran & kemaksiatan, Dan Allāh tidak mencintai kekafiran dan kemaksiatan.

Dari keterangan diatas diketahui dua subhat Al Qodariah dan Al Jabriyah, satu yaitu mereka tidak membedakan antara dua Iradah Allāh dan meyakini bahwa setiap yang diciptakan oleh Allāh berarti dicintai oleh Allāh, padahal tidak semua yang diciptakan oleh Allāh dicintai oleh Allāh ajja wajalla.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy


Thursday, April 11, 2019

HSI 9.15 Beberapa Contoh Keadaan Yang Berkaitan Dengan Iradah Syar’iyyah & Iradah Kauniah


Halaqah yang Ke Limabelas dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Beberapa Contoh Keadaan Yang Berkaitan Dengan Iradah Syar’iyyah dan Iradah Kauniah".

1. Keimanan Abu Bakar

Keimanan Abu Bakar berkaitan dengannya dua Iradah sekaligus (Iradah Syar’iyyah dan Iradah Kauniah). Berkaitan dengannya Iradah Syar’iyyah karena Allāh mencintai dan menginginkan keimanan Abu Bakar dan berkaitan dengannya Iradah Kauniah karena Allāh mentakdirkan, mewujudkan dan menciptakan keimanan Abu Bakar

2. Keimanan Abu Jahal

Keimanan Abu Jahal berkaitan dengannya Iradah Syar’iyyah saja dan tidak berkaitan dengannya Iradah Kauniah. Berkaitan dengannya Iradah Syar’iyyah karena Allāh mencintai danmenginginkan keimanan Abu Jahal dan tidak berkaitan dengannya Iradah Kauniah karena Allāh tidak mentakdirkan, mewujudkan dan menciptakan keimanan Abu Jahal.

3. Kemaksiatan orang yang berbuat maksiat

Kemaksiatan orang yang berbuat maksiat berkaitan dengannya Iradah Kauniah saja dan tidak berkaitan dengannya Iradah Syar’iyyah, berkaitan dengannya Iradah Kauniah karena Allāh mentakdirkan, mewujudkan dan menciptakan kemaksiatan tersebut dan tidak berkaitan dengannya Iradah Syar’iyyah karena secara syariat Allāh tidak mencintai dan menginginkan kemaksiatan tersebut.

HSI 9.14 Perbedaan Antara Iradah Kauniyyah Qadariyyah Dan Iradah Syar’iyyah Diniyyah


Halaqah yang Ke Empatbelas dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Perbedaan Antara Iradah Kauniyah Qadariah dan Iradah Syar’iyyah Dinniyah"

Perbedaan Antara Iradah Kauniyah Qadariah dan; Iradah Syar’iyyah Dinniyah diantaranya:

1. Iradah Kauniyah melajimkan terjadinya apa yang diinginkan oleh Allāh,

Misalnya Allāh menginginkan menciptakan Matahari maka tercipta lah Matahari, sedangkan Iradah Syar’iyyah maka tidak melajimkan terjadinya apa yang Allāh inginkan, seperti secara syariat Allāh menginginkan ke Islām an Abu Lahab tetapi hal tersebut tidak terjadi.

2. Bahwa Iradah Kauniyah tidak melajimkan apa yang Allāh inginkan tersebut dicintai oleh Allāh akan tetapi terkadang kejadiannya ada yg dicintai oleh Allāh, misal:

Keimanan orang yang beriman

Dan terkadang ada yang kejadiannya tidak dicintai oleh Allāh seperti kemaksiatan.

Wednesday, April 10, 2019

HSI 9.13 Dua Macam Iradah Atau Keinginan Allāh


Halaqah yang Ke tiga belas dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Dua Macam Iradah Atau Keinginan Allāh"

Diantara perkara yang penting dipahami oleh setiap muslim didalam masalah Beriman Dengan Takdir Allāh bahwa Iradah atau keinginan Allāh ada dua macam

1. Iradah Kauniah Qodariah

Yaitu keinginan Allāh yang berkaitan dengan penciptaan dan kejadian² yang ditakdirkan oleh Allāh ajja wajalla, seperti

- Keinginan Allāh menciptakan manusia & hewan
- Menciptakan orang yang taat & orang yang berbuat maksiat
- Menciptakan ketaatan dan kemaksiatan , dll

Dalil Iradah Kauniah adalah firman Allāh ajja wajalla :
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

“Sesungguhnya perkara Allāh apabila menginginkan sesuatu adalah mengatakan *jadilah*maka jadilah dia” (Ya-Sin : 82)
Dan Allāh berfirman:
… إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ

“Sesungguhnya Allāh melakukan apa yang Dia inginkan” (Al-Hajj : 14)

Tuesday, April 9, 2019

HSI 9.12 Aliran Sesat Yang Menyimpang Di Dalam Masalah Takdir


Halaqah yang Ke dua belas dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Aliran Sesat Yang Menyimpang Di Dalam Masalah Takdir".

Diantara Aliran sesat yang menyimpang di dalam masalah Takdir adalah aliran Al Majusiah yaitu aliran yang mengikuti jalan orang-orang Majusi. Mereka adalah orang-orang yang beriman dengan syariat akan tetapi mendustakan takdir Allāh, ada diantara mereka yang mengingkari ilmu Allāh dan mengatakan bahwa Allāh tidak mengetahui sesuatu kecuali setelah terjadinya dan diantara mereka yang mengingkari keumuman Masyiah Allāh dan penciptaanNya, mereka berkata:
“Allāh yang mencipta manusia dan manusia lah yg menciptakan amalannya sendiri”
Dan mereka berkata:
“Bahwa amalan manusia adalah dengan kehendak manusia semata & tidak ada hubungan sama sekali dengan kehendak Allāh”

Monday, April 8, 2019

HSI 9.11 Beriman Dengan Taqdir Dan Mengambil Sebab Bagian 03


Halaqah yang Ke Sebelas dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Beriman Dengan Takdir dan Mengambil Sebab Bag 3".

Telah berlalu bahwa kebahagiaan & kesengsaraan telah ditakdirkan tempat seseorang di Surga atau di Neraka telah ditakdirkan dan seorang yang beriman sebagaimana dia diperintahkan mengambil sebab didalam perkara Dunia maka juga diperintahkan mengambil mengambil sebab didalam perkara² Akhirat.

Seorang yang beriman diperintahkan mengambil sebab mendapatkan kebahagiaan di akhirat dan mengambil sebab keselamatan dari azab.

Sebab mendapatkan kebahagiaan di akhirat dan keselamatan dari azab di akhirat adalah Beriman dengan syariat Allāh dengan cara menjalankan perintah, menjauhi larangan, membenarkan kabar² Allāh ajja wa jalla, mengimani janji pahala, dan juga mengimani ancaman² terhadap dosa. 
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُون

“Dan orang² yang beriman dan beramal shaleh mereka lah penduduk Surga, mereka kekal didalamnya” (Al-Baqarah 82)

Thursday, April 4, 2019

HSI 9.10 - Beriman Dengan Taqdir Dan Mengambil Sebab Bagian 02


Halaqah yang Ke Sepuluh dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Beriman Dengan Takdir dan Mengambil Sebab Bag 2"

Banyak dan sedikitnya keturunan sudah ditakdirkan oleh Allāh ajja wajalla tetapi bukan berarti seorang muslim menunggu tanpa usaha untuk mendapatkan keturunan bahkan dia diperintahkan untuk menikah sebagai sebab & upaya untuk mendapatkan keturunan.


Rasulullãh ﷺ bersabda:
تَزَوَّجُوْا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّي مُكَاثِرُ بكم الأممَ..

“Nikahilah wanita yang penyayang lagi subur karena sesungguhnya karena sesungguhnya aku membanggakan banyaknya kalian didepan umat yang lain” (HR Abu Daud dan An Nasaii di shahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah)
Sakit dan kesembuhan dari penyakit sudah di takdirkan oleh Allāh ajja wajalla namun kita diperintahkan untuk menjauhi sebab terkena penyakit dan diperintahkan pula untuk berobat apabila seseorang ditimpa sakit.

Rasulullãh ﷺ bersabda:
إنَّ اللهَ عزَّ وجلَّ حيثُ خلق الداءَ خلق الدواءَ فتداووا

“Sesungguhnya Allāh ajja wajalla ketika menciptakan penyakit Dia juga menciptakan obatnya, maka berobat lah kalian” (HR Ahmad dari Annas bin Malik radiallahu anhu dan di hasan kan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah)

HSI 9.09 - Beriman Dengan Taqdir Dan Mengambil Sebab Bagian 01


Halaqah yang ke Sembilan dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Beriman Dengan Takdir dan Mengambil Sebab Bag 1".

Seorang yang beriman selain diperintah untuk beriman dengan Takdir Allāh juga diperintah untuk mengambil sebab dan bertawakal kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan tidak bertawakal kepada sebab tersebut. Rezeki sudah oleh Allāh ajja wajalla dan kita diperintahkan untuk mencari rezeki yang halal.
…ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ…

“Dan Allāh telah menghalalkan jual beli” (Al-Baqarah 275)
Dan didalam sebuah hadits Rasulullãh ﷺ bersabda:

لَأَنْ يَحْتَزِمَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةَ مِنْ حَطَبٍ فَيَحْمِلَهَا عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًا يُعْطِيهِ أَوْ يَمْنَعُهُ

“Sungguh salah seorang diantara kalian mencari satu ikat kayu bakar kemudian mengangkatnya diatas punggungnya lebih baik daripada dia meminta orang lain baik diberi atau tidak diberi” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)

HSI 9.08 - Cara Beriman Dengan Taqdir Allāh Bagian 05


Halaqah yang ke Delapan dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Cara Beriman Dengan Takdir Allah Bag 5".

Diantara Cara Beriman Dengan Takdir Allāh adalah dengan mengimani tingkatan Takdir yang ke-4 yaitu penciptaan Allāh terhadap sesuatu, maksudnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Pencipta segala sesuatu yang ada di Langit maupun yg ada di Bumi (sifat-sifatnya dan amalan nya)

  • Menciptakan pelaku dan amalan yang dilakukan
  • Menciptakan orang yang beriman dan keimanannya
  • Menciptakan orang yang kafir dan kekafirannya
  • Menciptakan orang yang taat dan ketaatannya
  • Menciptakan pelaku maksiat da kemaksiatannya
  • Menciptakan setiap yang bergerak & gerakannya
  • Dan setiap yang diam dan diamnya
Tidak ada yang mencipta selain Allāh ajja wajalla, Dia-lah Al Kholiq & selainnya adalah makhluk, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

“Dan Allāh yang menciptakan kalian & apa yang kalian kerjakan” (Ash-Shaffat 96)
Dan Allāh berfirman:
اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ…

“Allāh yang menciptakan segala sesuatu” (Az-Zumar 62)
Dan Rasulullãh ﷺ bersabda:
إنَّ اللهَ خلق كلَّ صانعٍ و صنعتَه

"Sesungguhnya Allāh Dia-lah yang menciptakan setiap pelaku & apa yang dia lakukan”. (HR Al Hakim didalam Al Mustadrak & di shahih kan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah)
Inilah 4 tingkatan yang barangsiapa tidak beriman dengan salah satunya maka dia tidak beriman dengan Al Qadha dan Al Qadar.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini & sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

Tuesday, April 2, 2019

HSI 9.07 - Cara Beriman Dengan Taqdir Allāh Bagian 04


Halaqah yang ke Tujuh dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Cara Beriman Dengan Takdir Allah Bag 4".

Diantara Cara Beriman Dengan Takdir Allāh dengan mengimani tingkatan Takdir yang ke-3 yaitu Masyiiatullah / kehendak Allāh dan yang dimaksud adalah beriman bahwa apa yang Allāh kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Allāh kehendaki maka tidak akan terjadi

Dan apa yang ada dilangit dan di bumi berupa bergeraknya sesuatu atau diam nya sesuatu maka dengan kehendak Allāh dan tidak mungkin terjadi dikerajaan Allāh Subhānahu wa Ta’āla apa yang tidak dikehendaki-Nya.

Diantara dalilnya dari Alquran adalah firman Allāh:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

“Sesungguhnya perkara Allāh apabila menginginkan sesuatu adalah mengatakan *JADILAH* Maka jadilah dia” (Ya-Sin 82)
Dan Allāh berfirman:
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ…

“Dan seandainya Rabb mu mungkin menghendaki niscaya akan beriman seluruh yang ada dibumi” (Yunus 99)
Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ…

“Katakanlah Ya Allāh yang memiliki kerajaan, Engkau memberi kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki & mencabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki & Engkau memuliakan siapa yang Engkau kehendaki & menghinakan siapa yang Engkau kehendaki” (Ali ‘Imran 26)
Dan Allāh berfirman:
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Dan tidaklah kalian menginginkan kecuali dengan kehendak Allāh Rabb semesta alam” (At-Takwir 29)
Adapun dari As-Sunnah, maka Rasulullãh ﷺ bersabda:
لا يقل أحدُكم : اللهمَّ اغفر لي إن شئتَ ، ارحمني إن شئتَ ، ارزقني إن شئتَ ، وليَعزِمْ مسألتَه ، إنَّهُ يفعلُ ما يشاءُ ، لا مُكْرِهَ لهُ

“Janganlah salah seorang dari kalian mengatakan Ya Allāh ampunilah aku jika Engkau menghendaki, sayangilah aku jika engkau menghendaki, berilah aku rezeki apabila engkau menghendaki. Maka hendaklah dia menguatkan permintaan karena Allāh melakukan apa yang dikehendaki tidak ada yang memaksanya”. (HR Bukhari)
Berkata Al Imam Asy Syafi’i rahimahullah
مَا شِئْتَ كَانَ، وإنْ لم أشَأْ – وَمَا شِئْتُ إن لَمْ تَشأْ لَمْ يكنْ

"Apa yang Engkau kehendaki ya Allāh terjadi, meskipun aku tidak menghendakinya & apa yang aku kehendaki kalau Engkau tidak menghendakinya maka tidak akan terjadi” (atsar ini dikeluarkan oleh Al Lalikai didalam kitab beliau Syarhu Ushuli Itiqadi Ahli sunnati wal Jamaah Minal kitabi wa Sunnah Wa ijmai shahabat IV-702)
Itulah yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini & sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

HSI 9.06 - Cara Beriman Dengan Taqdir Allāh Bagian 03


Halaqah yang ke enam dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Cara Beriman Dengan Takdir Allah Bag 3".

Selain beriman dengan penulisan takdir ajali yang mencakup seluruh perkara, maka para ulama menyebutkan bahwa termasuk beriman dengan penulisan takdir adalah Beriman Dengan Beberapa Jenis Penulisan Takdir yang lain. Yang merupakan bagian dari penulisan takdir ajali.

1. Takdir Umri


Yaitu penulisan takdir seseorang diawal umurnya ketika didalam rahim ibunya, ditulis rezeki, ajal, amalan, kesengsaraan dia & kebahagiaan.

Dalilnya adalah hadits Abdullah Ibnu Mas’ud radiallahu anhu, Rasulullãh ﷺ bersabda:
إنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خلقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُوْنُ في ذلك عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ في ذلك مُضْغَةً مِثلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ، (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

“Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaanya di perut ibunya selama 40 hari, kemudian didalamnya sebagai segumpal darah selama 40 hari, kemudian didalamnya sebagai segumpal daging selama 40 hari, kemudian diutus seorang Malaikat kemudian meniup nyawa didalamnya & diperintahkan dengan 4 kalimat yaitu menulis rezekinya, ajalnya, amalannya & apakah dia sengsara atau orang yang bahagia”. (HR Bukhari dan Muslim)
2. Takdir Hauli

Yaitu takdir khusus kejadian selama satu tahun ditentukan dimalam Lailatul Qadar.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

“Sesungguhnya Kami telah turunkan Al Quran pada malam yang berbarakah, sesungguhnya Kami memberikan peringatan didalamnya di pisahkan seluruh perkara yang kokoh” (Ad-Dukhan 3- 4)
3. Takdir Yaumi

Yaitu pelaksanaan apa yang sudah ditulis pada waktu yang sudah ditentukan, Dalilnya adalah firman Allāh:
.. ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ

“Setiap hari Dia (Allāh) dalam sebuah urusan” (Ar-Rahman 29)
Diantara urusan Allāh adalah mengampuni dosa, menciptakan, melenyapkan, menghidupkan, mematikan, memuliakan, menghinakan, memberi & menahan dll. Dan perlu diketahui bahwa Takdir Yaumi, Hauli & Umri tidak keluar dari apa yang sudah tertulis di dalam takdir Ajali.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini & sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy

Monday, April 1, 2019

HSI 9.05 - Cara Beriman Dengan Taqdir Allāh Bagian 02


Halaqah yang ke lima dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Takdir Allāh "Cara Beriman Dengan Takdir Allah Bag 2".

Diantara cara beriman dengan Takdir Allāh adalah dengan mengimani tingkatan Takdir yang kedua, yaitu penulisan Allāh terhadap seluruh Takdir makhluk Nya di dalam Al Lauful Mahfudz, maka tidaklah terjadi sesuatu di alam ini kecuali Allāh telah menulisnya didalam Kitāb tersebut, tidak mungkin apa yang terjadi di alam ini keluar dari apa yang sudah Allāh tuliskan.

Dalil² tentang Beriman Dengan penulisan Allāh terhadap Takdir di dalam Al Lauful Mahfudz dari Alquran diantaranya :

Firman Allāh ajja wajalla:
وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ

“Dan Kami telah menulis didalam Kitāb-kitab yang Kami turunkan setelah sebelumnya ditulis didalam Al Dzikir, bahwa Bumi ini diwarisi oleh hamba²Ku yang shaleh” (Al-Anbiya’ 105)
Al Dzikr adalah nama lain dari Al Lauful Mahfudz.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ

“Sesungguhnya Kami lah yang menghidupkan orang² yang mati & Kami lah yang menulis apa yang mereka kerjakan & bekas² mereka & segala sesuatu Kami ikhso didalam Kitāb yang jelas” (Ya-Sin 120)
Makna ikhso diantaranya Allāh mengetahuinya menjaganya, menetapkannya didalam Kitāb tersebut.

Yang dimaksud dengan Kitab yang jelas adalah Al Lauful Mahfudz.
Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

“Bukankah kamu mengetahui bahwa Allāh mengetahui apa yang ada di langit & di bumi sesungguhnya yg demikian ada di dalam Kitab, sesungguhnya yang demikian sangat mudah bagi Allāh” (Al-Hajj 70)
Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
… ۚ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ۚ..

“Kami tidak lupakan sesuatu pun didalam Al Lauful Mahfudz” (Al-An’am 38)
Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
… ۚ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

“Dan tidak terlepas dari pengetahuan Allāh sesuatu sebesar semut kecilpun baik di bumi maupun di langit baik yang lebih kecil daripada itu atau lebih besar kecuali didalam Kitāb yang jelas” (Yunus 61)
Adapun dari Sunnah maka Rasulullãh ﷺ bersabda:
كتب الله مقادير الخلائق قَبْلَ أَنْ يَخُلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Allāh menulis Takdir² bagi para makhlukNya lima puluh ribu tahun sebelum Allāh menciptakan langit dan bumi” (HR Muslim)
Dan Rasulullãh ﷺ bersabda:
وَكَتَبَ فِي الذِّكْرِ كُلَّ شَيْءٍ

“Dan Allāh menulis di dalam Al Dzikr (Al Lauful Mahfudz) segala sesuatu” (HR Bukhori dan Muslim)
Dan Beliau ﷺ bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلا وَقَدْ كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنَ النَّارِ و مَقْعَدُهُ الْجَنَّةِ

“Tidak ada diantara kalian kecuali sudah di tulis tempat nya didalam Neraka & tempatnya di dalam surga” (HR Bukhori dan Muslim])
Demikian yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini & sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Al-Madīnah

*Materi audio ini disampaikan didalam Group WA Halaqah Silsilah Ilmiyyah HSI Abdullah Roy