ikhlas

Tuesday, February 27, 2018

An-Nawaqidhul Islam 22 : Penjelasan Kaidah Ketiga Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 3




Seorang beriman mengucapkan

لا إله إلا الله

Mengucapkan

محمد رسول الله

Dan dia yakin tentang maknanya, orang yang mengatakan – لا إله إلا الله –  maka harus meyakini bahwasanya ”Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh” yakin dengan seyakin yakinnya tidak ada keraguan sedikitpun keraguan didalamnya.

Kalau dia yakin bahwasanya - لا إله إلا الله - ”Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh” bagaimana dia masih ragu² tentang kekafiran orang yang menyembah kepada selain Allāh.

Monday, February 26, 2018

An-Nawaqidhul Islam 21 : Penjelasan Kaidah Ketiga Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 2




Dan Allāh mengkafirkan orang-orang yang membedakan diantara para Rasul.

Beriman kepada sebagian Rasul & mendustakan Rasul yang lain, sebagaimana ini adalah keadaan orang-orang Yahudi & Nashrani.

Orang-orang Yahudi mengaku beriman dengan Nabi Musa alaihi salam & beliau adalah Rasulullãh, ketika datang Rasulullãh ﷺ yaitu Muhammad ﷺ mereka kufur dengan Nabi Muhammad ﷺ, ini namanya membedakan diantara para Rasul, beriman kepada sebagian Rasul & kufur kepada Rasul yang lain. Termasuk didalamnya orang-orang Nashrani, beriman kepada Nabi Isā alaihi salam tetapi mereka kufur dengan Rasulullãh ﷺ.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ…

[QS An-Nisa’ 150]
“Sesungguhnya orang-orang yang kufur kepada Allāh & para RasulNya &  mereka ingin membedakan antara Allāh & para RasulNya kemudian mereka mengatakan

نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْض

Thursday, February 22, 2018

An-Nawaqidhul Islam 20 : Penjelasan Kaidah Ketiga Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 1




Beliau berkata rahimahullah:

الثَّالِثُ: مَنْ لَمْ يُكَفِّرِ المُشْرِكِينَ أَوْ شَكَّ فِي كُفْرِهِمْ، أَوْ صَحَّحَ مَذْهَبَهُم،ْكَفَرَ إِجْمَاعًا ؛؛

Yang Ketiga kata beliau :

“siapa yang tidak mengkafirkan orang-orang musyrik, atau dia ragu akan kekafiran mereka, atau membenarkan mazhab mereka, dia kafir berdasarkan ijma Para Ulama’”.

Baik Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafei’i, Imam Ahmad & juga ulama-ulama yang lain bahwasanya ini adalah sebuah kekufuran.

Seorang Muslim beriman kepada Allāh & RasulNya, percaya kepada Allāh & RasulNya membenarkan kabar yang datang dari Allāh & RasulNya, oleh karena itu dia dinamakan sebagai seorang yang mukmin, seorang yang percaya apa yang datang dari Allāh & RasulNya dia benarkan.

An-Nawaqidhul Islam 19 : Penjelasan Kaidah Kedua Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 8




Kenapa kita tidak kembali kepada Al-Qur’an & juga Hadits untuk mendapatkan syafaat di hari kiamat, untuk mendapatkan kedekatan kepada Allāh.

Untuk mendapatkan syafaat di hari kiamat modalnya satu yaitu mentauhidkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, seseorang apabila meng-Esakan Allāh didalam beribadah tidak menyekutukan Allāh sedikitpun maka orang yang seperti ini yang kelak mendapatkan syafaat di hari kiamat.
Sebagaimana dalam hadits Rasulullãh ﷺ bersabda:

لِكُلِّ نَبِىٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِىٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّى اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِى شَفَاعَةً لأُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِىَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِى لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

“setiap Nabi memiliki doa yang mustajab & masing-masing dari Nabi tersebut telah menyegerakan doa nya di dunia & sesungguhnya aku (Rasulullãh) menyimpan doa ku untuk hari kiamat sebagai syafaat bagi umatku (kemudian beliau mengatakan) maka syafaat ku tersebut akan diterima akan diberikan kepada siapa?

مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِى لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

Kepada umatku yang meninggal dunia & dia dalam keadaan tidak menyekutukan Allāh sedikitpun”.

Mereka lah orang-orang yang akan mendapatkan syafaat.

An-Nawaqidhul Islam 18 : Penjelasan Kaidah Kedua Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 7


Diantara mereka ada yang beralasan:

Kita ini adalah seorang hamba, sementara Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah seorang Al-Kholik. Kita di dunia ketika (bertemu) ingin bertemu dengan seorang Presiden / seorang kepala negara, kita tidak bisa langsung bertemu dengan Presiden tersebut, tidak bisa menyampaikan permintaan kita secara langsung disana ada Menteri, disana ada Ajudan & disana ada pembantu-pembantu, sulit untuk seseorang untuk sampai kesana kecuali dengan melalui perantara-perantara tersebut. Kemudian dia mengatakan demikian pula kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Kita perlu wasithah /kita perlu perantara yang menyampaikan hajat kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ini adalah alasan sebagian & ini adalah alasan yang sangat-sangat lemah, kenapa demikian?

Karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla lain dengan makhluk, Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah As Sami’ (Maha Mendengar), Al Bashir (Maha Melihat), Al Qodir (Maha Mampu melakukan sesuatu), seandainya manusia semuanya & juga Jin berada dalam satu tempat masing-masing berdoa kepada Allāh dengan bahasanya dengan hajat nya, niscaya Allāh Subhānahu wa Ta’āla bisa mendengar semuanya & bisa menunaikan hajat mereka semuanya,


Tuesday, February 20, 2018

An-Nawaqidhul Islam 17 : Penjelasan Kaidah Kedua Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 6


Demikian pula para shahabat radiallahu anhum, mereka membedakan antara ketika Rasulullãh ﷺ masih hidup bersama mereka & setelah Rasulullãh ﷺ meninggal dunia.

Di zaman Umar bin khotob radiallahu anhu terjadi kemarau panjang & kemarau yang sangat dahsyat lama tidak turun hujan sehingga tanaman rusak hewan² banyak yang meninggal dunia bahkan karena sangat parahnya keadaan saat itu banyak terjadi pencurian, orang tidak memiliki makanan dirumah, tidak memiliki rezeki di rumah akhirnya terpaksa dia mencuri, karena saking banyaknya pencurian sampai Umar bin khotob radiallahu anhu saat itu memaafkan orang yang mencuri, tidak memotong tangannya.

Kemudian beliau radiallahu anhu mengumpulkan para shahabat & para penduduk Madinah mengadakan shalat istisqo meminta kepada Allāh hujan mengumpulkan mereka melakukan shalat istisqo kemudian beliau berkata kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

An-Nawaqidhul Islam 16 : Penjelasan Kaidah Kedua Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 5


“Demikian pula Allāh mengabarkan dengan lisan nabiNya bahwasanya para Nabi & Rasul“

أحياء في قبورهم يصلون

Para nabi dan rasul mereka hidup di dalam kuburan mereka dalam keadaan « يصلون » dalam keadaan shalat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Para Nabi & Rasul hidup di alam Barzah, akan tetapi kehidupan mereka berbeda dengan kehidupan kita di dunia, kehidupan yang lebih sempurna dari pada kehidupan para syuhada dari pada kehidupan manusia yang lain.

Sekali lagi kehidupan mereka lain dengan kehidupan kita. Mereka tidak mendengar & tidak melihat apa yang terjadi di sini, tidak mengharuskan bahwasanya orang yang hidup di alam yang lain dia mendengar apa yang terjadi dengan di alam yang lain.

An-Nawaqidhul Islam 15 : Penjelasan Kaidah Kedua Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 4


Ada diantara saudara kita yang membolehkan bertawasul dengan cara meminta kepada orang yang shaleh yang sudah meninggal, berdoa kepada mereka, meminta syafaat kepada mereka, dengan alasan² diantaranya

Yang pertama

Bahwasanya orang-orang yang shaleh tersebut mereka dalam keadaan hidup, apabila hidup maka dia mendengar, apabila dia mendengar maka kita boleh meminta doa dari mereka. Sebagaimana seseorang “ketika hidupnya (orang yang shaleh tersebut hidup)“ maka boleh kita meminta doa dari orang yang shaleh tersebut.

Kita katakan

1. Benar orang-orang yang shaleh & juga para Nabi dalam keadaan hidup dialam kubur mereka, sebagaimana manusia yang lain, mereka juga dalam keadaan hidup dialam kubur mereka. Karena manusia apabila meninggal dunia kemudian di kuburkan akan ada disana azab kubur & akan ada disana nikmat kubur. Ada diantara manusia yang hidup di alam kubur dalam keadaan di azab seperti orang-orang munafik, orang-orang kafir, orang-orang musyrikin, demikian pula sebagian orang-orang yang beriman yang mereka melakukan dosa diazab karena dosanya dialam kubur, diazab dalam keadaan hidup.


Thursday, February 15, 2018

An-Nawaqidhul Islam 14 : Penjelasan Kaidah Kedua Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 3




“Dalil yang kedua“

Firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla

 ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ [QS Az-Zumar 3]

“dan orang-orang yang menjadikan sekutu bagi Allāh.

“apa yang mereka katakan?“

مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ

dan orang-orang yang menjadikan sekutu / tandingan-tandingan bagi Allāh yang mereka namakan syufaat, mereka mengatakan

مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ

tidaklah kami menyembah kepada mereka /menyerahkan ibadah kepada mereka berdoa kepada mereka

 إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ

Supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allāh ”.

Wednesday, February 14, 2018

An-Nawaqidhul Islam 13 : Penjelasan Kaidah Kedua Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 2


“Kenapa mereka berdoa kepada orang-orang yang shaleh tersebut?“

Mereka mengatakan

هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ

“kami berdoa kepada mereka bukan berkeyakinan bahwasanya mereka mencipta, memberikan rizky & juga mengatur alam semesta akan tetapi tujuan kami berdoa kepada mereka adalah

شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ

Supaya mereka memberikan syafa’at bagi kami disisi Allāh ”.

Inilah tujuan orang-orang musyrikin & ini dikabarkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla didalam Al-Qur’an, ini adalah hakikat ibadah sebagian orang-orang musyrikin. Ketika mereka datang ke kuburan Latta ada yang mengatakan Latta ini adalah orang yang shaleh yang dahulu apabila datang musim haji dia sering datang memberi makan kepada orang-orang yang melakukan ibadah haji, ketika dia meninggal dunia dijadikanlah dia sebagai salah satu berhala, datang orang-orang musyrikin ke kuburannya dengan maksud untuk meminta syafaat.

هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ

“mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami disisi Allāh”.

Tuesday, February 13, 2018

An-Nawaqidhul Islam 12 : Penjelasan Kaidah Kedua Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 1



“Pembatal keIslaman yang kedua“

Beliau rahimahullahu berkata :

الثَّانِي: مَنْ جَعَلَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ وَسَائِطَ يَدْعُوهُمْ وَيسْأَلُهُمْ الشَّفَاعَةَ، وَيَتَوَكَّلُعَلَيْهِمْ كَفَرَ إِجْمَاعًا.

Yang Kedua kata beliau diantara pembatal-pembatal keIslaman:
“barangsiapa yang menjadikan antara dia dengan Allāh perantara-perantara berdoa kepada mereka & meminta kepada mereka syafaat & bertawakkal kepada mereka « كَفَرَ إِجْمَاعًا » maka dia telah kufur dengan kesepakatan para ulama”.

Ini adalah pembatal keIslaman yang kedua

Yang bisa mengeluarkan seseorang dari agamanya, membatalkan amalannya dan seandainya dia meninggal dalam keadaan dia tidak bertaubat dari perbuatan ini maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak akan mengampuni dosanya. Dan ini adalah termasuk kufur termasuk kesyirikan sebagaimana nanti akan kita jelaskan.

Monday, February 12, 2018

An-Nawaqidhul Islam 11 : Penjelasan Kaidah Pertama Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 4


Oleh karena itu seorang muslim jangan dia menunda taubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, selama dia masih diberikan kesempatan & nafas oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka hendaklah dia bersegera bertaubat kepada Allāh dengan taubat yang nashuha dari segala dosa yang besar maupun dosa yang kecil.

➡ Sebelum datang waktunya dimana tidak diterima taubat seseorang, apabila sudah datang ajal tidak bermanfaat ucapan seseorang.

تُبْتُ

“aku bertaubat kepada Allāh”.

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ

[QS An Nisa : 18]
“Taubat tidak diberikan oleh Allāh kepada orang-orang yang melakukan (assayyiat/dosa²) kemudian apabila sudah datang ajal kepada salah seorang diantara mereka”.

قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ

Kemudian baru dia mengatakan “sesungguhnya aku bertaubat kepada Allāh sekarang”.

Friday, February 9, 2018

An-Nawaqidhul Islam 10 : Penjelasan Kaidah Pertama Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 3


Syirik menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’ala pembatal ke-Islaman yang paling besar.

“`Dalilnya adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’ala:“`

,إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

Allāh sebutkan ayat ini dengan lafadz yang sama dengan dua tempat didalam surat An-Nisa

,إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاء

[QS An-Nisa:48]
”Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik “

Allāh mengatakan:

لَا يَغْفِرُ

”Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik”


Thursday, February 8, 2018

An-Nawaqidhul Islam 09 : Penjelasan Kaidah Pertama Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 2


Didalam Al-Quran Allah Subhanahu wa Ta’ala, ketika menyebutkan perkara² yg diharamkan pertama kali yang Allāh sebutkan adalah masalah Syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ala

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ

[QS Al-An’am 151]
”Katakanlah wahai Muhammad -wahai orang-orang musyrikin kemarilah kalian aku bacakan kepada kalian perkara yang diharamkan Rabb kalian yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Karena orang-orang musyrikin mereka sangat berdusta atas nama Allah subhanahu wa Ta’ala . Mengharamkan sesuatu yang dihalalkan.
Maka Allah berkata kepada Nabi-Nya

”Katakanlah wahai Muhammad” -wahai orang-orang musyrikin kemarilah kalian aku bacakan kepada kalian perkara2 yang diharamkan Rabb kalian yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala”


أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

Supaya kalian tidak menyekutukan Allah sedikitpun.
Disebutkan disini yang pertama kali yaitu masalah Syirik
Dan Allah Subhānahu wa Ta’ala ketika menyebutkan tentang hak-hak yang 10 didalam surat An-Nisa, Hak yang pertam yang Allah sebutkan adalah hak untuk Allah Subhānahu wa Ta’ala, sebelum hak yang lain


وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ…

[QS An-Nisa 36]
Disebutkan didalam ayat ini 10 hak, “`hak untuk Allah , hak untuk keluarga, hak untuk orang miskin, anak yatim, seorang yg musafir, seorang tetangga. Yang pertama kali adalah untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.“`


وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
 

”Hendaklah kalian menyembah kepada Allah”

وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
 

”Dan janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun”.
Sehingga tidak heran disini, mualif/pengarang menjadikan yang nomor satu adalah


الشرك في عبادة الله تعالى
 

Pembatal keIslaman yang pertama adalah syirik didalam beribadah kepada Allah.
“`Kenapa bisa menjadi pembatal?“`
Karena Orang yang mengucapkan:


الشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
 

”Asyhadu an Lā ilāha illallāh”
 

Maknanya dia telah bersaksi dan berikrar dan bersumpah dan mengatakan kepada orang lain bahwasanya ”Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah”
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
لَا إِلَهَ

Berarti dia telah menafikan/mengingkari ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah
Ketika dia mengucapkan

إِلَّا اللَّهُ
 

Kecuali Allah berarti dia telah menetapkan bahwasanya Allah sebagai satu-satunya sesembahan.
“`Orang yang mengatakan“`


الشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
 

”Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah dan berhak diibadahi kecuali Allah”

Berarti konsekwensinya tidak boleh dia serahkan sebagian ibadah sekecil apapun kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Siapapun dia kalau itu selain Allah berarti tidak halal kita serahkan ibadah kepadanya.
Selain Allah mencangkup diantaranya :

“`Jin / pohon / batu atau bahkan nabi sekalipun, dia adalah selain Allah, demikian pula Malaikat dia adalah selain Allah , selain Allah adalah makhluk dan Al-Kholik hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.“`


Seorang yang mengatakan


الشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
 

“`Janji dari dia, ikrar dari dia bahwasanya ibadah sekecil apapun tidak akan dia serahkan kepada selain Allah.“`

Pantang seorang Muslim yang sudah mengatakan


ْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
 

Menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. 

Jika seseorang menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah, baik dengan ucapan lisan atau dengan perbuatan atau dengan hatinya , karena ini yang namanya ibadah maka akan kita sebutkan kadang berupa lisan kadang berupa hati kadang berupa perbuatan.
Apabila ibadah tersebut diserahkan kepada selain Allah berarti dia telah membatalkan ucapannya


لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
الشرك في عبادة الله تعالى
 

Menyekutukan didalam beribadah kepada Allah.
Yang dimaksud dengan Iibadah disebutkan oleh para ulama adalah


اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه، من الأقوال والأعمال الباطنة والظاهرة،
 

Apa yang dimaksud ibadah : yang tidak boleh kita serahkan kepada selain Allah, para ulama telah menerangkan yang dimaksud dengan ibadah adalah:
Seluruh perkara yang dicintai dan yang diridhoi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik berupa ucapan maupun perbuatan yang dhohir maupun yang batin.


Hendaklah seorang muslim memahami perkara ini jangan sampai dia tidak mengetahui apa makna ibadah apa perkara yang harus diserahkan kepada Allah yang berupa ibadah dan apa yang tidak boleh diserahkan kepada selain Allah. Orang yang tidak mengetahui makna ibadah dikhawatirkan dia akan menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah, segala sesuatu yang dicintai yang diridhoi oleh Allah itulah yang dinamakan ibadah.

Dari mana kita tahu bahwa itu sesuatu ucapan atau perbuatan dicintai dan diridhoi oleh Allah, tidak ada jalan lain kecuali dari kabar yang Allah kabarkan didalam Al-quran atau melewati lisan Rasulullãh ﷺ, , sebagai utusan. Itulah sumber dimana kita bisa mengetahui sesuatu itu ibadah atau tidak, sesuatu itu dicintai oleh Allah. 


Kita akan mengetahui disana ibadah berupa ucapan maupun perbuatan yang dicintai dan diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala.
Terkadang Allāh Subhānahu wa Ta’ala menyebutkan didalam Al-Quran, Allāh mencintai golongan fulan 


والله يحب الصابرين
 

”Allāh mencintai orang-orang yang bersabar”
 

Allāh mengabarkan bahwasanya disini Allāh mencintai orang-orang yang bersabar. Menunjukkan bahwasanya sabar adalah ibadah, kenapa demikian?
Karena Allāh mengabarkan Allāh mencintai orang-orang yang bersabar. 


إن الله يحب المحسنين
 

”sesungguhnya Allāh mencintai orang-orang yang berbuat baik”
Menunjukkan bahwasanya ikhsan / berbuat baik kepada orang lain adalah ibadah, karena dia dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala. 


Dan Allāh mengabarkan bahwasanya Allāh mencintai orang-orang yang bertaubat kepada-Nya, menunjukkan bahwasanya Taubat adalah termasuk ibadah.
Dan terkadang Allah mencintai sebuah amalan ataupun ucapan, dari mana kita tahu? Karena diperintahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala.


Allāh Subhānahu wa Ta’ala mengatakan :


وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ
 

”dan hendaklah kalian mendirikan shalat, membayar zakat “

Disini Allāh tidak mengatakan, Allāh mencintai orang-orang yang shalat, tetapi Allāh mengatakan :


وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ
 

” dan hendaklah kalian mendirikan shalat “

Dari mana kita tahu bahwasanya shalat adalah ibadah?
Karena Allāh memerintahkan dan Allāh tidak memerintahkan dengan sesuatu kecuali sesuatu tersebut dicintai dan diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala. Berarti kita tahu bahwasanya shalat adalah ibadah karena ibadah diperintahkan oleh Allāh dan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allāh berarti itu adalah dicintai oleh Allāh & diridhai, dan kalau dicintai & diridhai berarti dia adalah ibadah.
Dan terkadang kita mengetahui ketika Allāh Subhānahu wa Ta’ala memuji sebagian orang, sebagaimana ketika Allāh memuji orang yang menunaikan nazarnya


يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا

[QS Al-Insan 7]
يُوفُونَ بِالنَّذْر
”Allāh memuji orang-orang yang menyempurnakan Nazarnya”


Ketika dia bernazar mewajibkan atas dirinya sesuatu yang sebenarnya tidak wajib, bernazar dengan ke-Ta’atan, kemudian dia menyempurnakan nazarnya maka ini dipuji oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala, adapun orang yang tidak menunaikan nazarnya maka ini adalah tercela. Allah Subhānahu wa Ta’ala memuji, menunjukkan bahwasanya Allāh mencintai perbuatan tersebut


اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه،
 

Segala perkara yang dicintai dan diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala 

من الأقوال والأعمال
 

“`Baik berupa ucapan maupun perbuatan Dzikir kepada Allāh, membaca Al-quran, mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, shalawat ini semua adalah ibadah yang berupa ucapan dicintai dan diridhai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ala. 

Berupa amalan seperti melakukan shalat, atau amalan harta dia melakukan zakat, bershodaqoh maka ini adalah berupa amalan“` 


الظاهرة والباطنة
 

”Yang dhohir maupun yang batin”

Yang dhohir artinya kelihatan oleh orang lain, adapun yang batin apa yang ada di dalam hati manusia, rasa tawakal kepada Allāh, rasa cinta kepada Allāh, rasa takut kepada Allāh, Al-inabah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ala. Ini adalah amalan-amalan hati dan semuanya masuk didalam kategori ibadah.


Semua ibadah tersebut harus diserahkan hanya kepada Allāh tidak boleh sedikitpun / secuil pun diserahkan kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’ala. Barang siapa yang menyerahkan sebagian ibadah dari ibadah² tadi kepada selain Allāh maka dia telah masuk didalam


الشرك في عبادة الله
 

Menyekutukan didalam beribadah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’ala & ini adalah pembatal ke-Islam-an yang paling besar.

Sumber : Halaqoh Silsilah Islamiyyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy Lc. MA

Wednesday, February 7, 2018

An-Nawaqidhul Islam 08 : Penjelasan Kaidah Pertama Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 1


بِــسم الله الرحمن الرحيم
آعلم أنّ من أعظم نواقض الإسلام عشرة:


Beliau mengatakan :

“ketahuilah sesungguhnya termasuk Nawāqidhul Islām (pembatal-pembatal keIslaman) yang paling besar ada 10.“


’ilam  آعلم  artinya adalah ketahuilah. Dan kalimat ini digunakan oleh orang arab untuk memberi tahu bahwasanya apa yang akan dia katakan adalah sesuatu yang penting. Dia mengatakan kepada orang yang diajak bicara  آعلم ketahuilah, supaya orang yang mendengar yang diajak bicara memperhatikan & dia sadar bahwasanya dia akan mendengar sesuatu yang sangat penting, sehingga dia mengatakan  آعلم  ketahuilah, karena Allāh menggunakan kalimat ini didalam Al-Qur’an_, diantaranya adalah :



An-Nawaqidhul Islam 07 : Penjelasan Pengantar Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 7


بِــسم الله الرحمن الرحيم
“`”Dengan nama Allāh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ““` Dan beliau memulai kitab beliau dengan Basmallah, meniru didalam Al-Qur’an. “`Dimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla memulai Al-Qur’an dengan Basmallah.“` Demikian pula meneladani Rasulullãh ﷺ karena dahulu beliau menulis surat² maka beliau memulai dengan *Basmallah*. Sebagaimana ketika beliau menulis kepada Raja Romawi, Raja Persia & juga yang lain, dan didalam Al-Qur’an ketika Nabi Sulaiman ‘alaihi salam mengirim surat kepada Bilqis, beliau memulai dengan Basmallah


إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
 

“kata Ratu Bilqis ini adalah dari Sulaiman dan isinya  بِــسم الله الرحمن الرحيم ”
[QS An-Naml 30]“`


Memulai sebuah risalah memulai sebuah kitab dengan Basmallah maka ini meniru apa yang ada di dalam Al-Qur’an dan juga dilakukan oleh sebagian Nabi demikian pula dilakukan Rasulullãh ﷺ. Makna memulai dengan Basmallah maksudnya adalah memohon pertolongan kepada Allāh.Karena  ب didalam ucapan bismillah ini adalah  ب al istianah (yang maknanya istianah). Istianah artinya memohon pertolongan.

Monday, February 5, 2018

An-Nawaqidhul Islam 06 : Penjelasan Pengantar Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 6


“`Penjelasan Kitāb Nawāqidhul Islām VI“`
Tidak semua orang yang mengucapkan ucapan kekufuran atau mengatakan amalan yang kufur kemudian dihukumi sebagai orang yang musyrik atau kafir, karena ada syarat-syarat diantaranya disebutkan oleh para ulama :


“`Orang yang mengatakan itu adalah orang yang baligh / berakal.“`


Apabila dia belum baligh / anak kecil (misalnya) mengatakan “aku adalah Tuhan” ucapan dia adalah ucapan kufur & tidak diragukan, ini adalah ucapan kufur tapi karena mengucapkan seorang anak kecil yang belum baligh maka tidak dihukumi dia sebagai orang yang kafir.

An-Nawaqidhul Islam 05 : Penjelasan Pengantar Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 5


Mengetahui An-Nawāqidhul Islām adalah perkara yang sangat penting. Tentunya didalam memahami Nawāqidhul Islām seseorang harus kembali kepada Al-Qur’an dan juga hadits-hadits nabi ﷺ & kembali kepada pemahaman shahabat radhiallahu anhum & menengok kembali ucapan² para ulama didalam masalah Nawāqidhul Islām, karena mengatakan sesuatu mengeluarkan seseorang dari Islām atau tidak ini adalah termasuk hukum syari’

Termasuk hukum syar’i tidak boleh seseorang mengatakan sebuah amalan atau sebuah ucapan atau sebuah keyakinan “ini adalah kufur – ini adalah syirik – ini adalah infaq” kecuali apabila disana ada dalil yang jelas didalam Al-Qur’an ataupun didalam hadits, jangan sampai seseorang mengucapkan sesuatu atas nama Allāh dengan kedustaan, karena ini adalah perbuatan yang besar. Mengucapkan sesuatu atas nama Allāh padahal tidak pernah dikabarkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla & juga RasulNya 


وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَٰذَا حَلَالٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ

Thursday, February 1, 2018

An-Nawaqidhul Islam 04 : Penjelasan Pengantar Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 4


Mempelajari An-Nawāqidhul Islām adalah perkara yang sangat penting Hudzaifah Ibn Yaman (beliau) mengatakan 

كَانَ أصحاب رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُوْنَه عَنِ الْخَيْرِ وَ كُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
 

“Dahulu para sahabat Rasulullãh ﷺ, mereka bertanya kepada Rasulullãh ﷺ tentang kebaikan sedangkan aku bertanya kepada Rasulullãh ﷺ tentang kejelekan

مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي

karena aku takut apabila terjerumus didalam kejelekan tersebut ”

[HR Bukhari 6/615-616 dan 13/35 beserta Fathul Baari. Muslim 12/235-236 beserta Syarh Nawawi. Baghowi dalam Syarhus Sunnah 14/14. Dan Ibnu Majah 2979]