ikhlas

Tuesday, February 20, 2018

An-Nawaqidhul Islam 17 : Penjelasan Kaidah Kedua Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 6


Demikian pula para shahabat radiallahu anhum, mereka membedakan antara ketika Rasulullãh ﷺ masih hidup bersama mereka & setelah Rasulullãh ﷺ meninggal dunia.

Di zaman Umar bin khotob radiallahu anhu terjadi kemarau panjang & kemarau yang sangat dahsyat lama tidak turun hujan sehingga tanaman rusak hewan² banyak yang meninggal dunia bahkan karena sangat parahnya keadaan saat itu banyak terjadi pencurian, orang tidak memiliki makanan dirumah, tidak memiliki rezeki di rumah akhirnya terpaksa dia mencuri, karena saking banyaknya pencurian sampai Umar bin khotob radiallahu anhu saat itu memaafkan orang yang mencuri, tidak memotong tangannya.

Kemudian beliau radiallahu anhu mengumpulkan para shahabat & para penduduk Madinah mengadakan shalat istisqo meminta kepada Allāh hujan mengumpulkan mereka melakukan shalat istisqo kemudian beliau berkata kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

اَللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا إذا أجدبنا تَوَسَّلنَا إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ فَتَسْقِيَنَا
“Ya Allāh, dahulu kami ketika kami mendapatkan kemarau yaitu dimasa Rasulullãh ﷺ, kami dahulu bertawashul kepada nabiMu kemudian engkau memberikan hujan kepada kami”.
Bagaimana bertawashul mereka kepada Rasulullãh ﷺ, diterangkan didalam hadits yang lain dimana sebagian shahabat meminta kepada Rasulullãh ﷺ supaya berdoa kepada Allāh. 

Tawashulnya adalah dengan meminta kepada beliau supaya berdoa,.

Sebagaimana dalam hadits seorang badui Arab yang masuk kedalam masjid & Rasulullãh ﷺ dalam keadaan berkhutbah, kemudian orang badui Arab ini berkata kepada Rasulullãh ﷺ (berkata kepada beliau) supaya beliau ﷺ berdoa kepada Allāh dengan hujan, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabulkan.

Kemudian Umar bin khotob mengatakan

، وإنا نتوسل إليك بعم نبينا فاسقنا ،

“kemudian sekarang ya Allāh, kami bertawashul dengan paman NabiMu, maka hendaklah Engkau memberikan hujan kepada kami”.

Saat itu masih hidup Abbas bin Abdul Muthalib yaitu pamannya Rasulullãh ﷺ , Umar bin khotob mengatakan:


وإنا نتوسل إليك بعم نبيك

“dan kami sekarang ya Allāh, bertawashul kepadaMu dengan paman NabiMu (yaitu Abbas bin Abdul Muthalib”.

Bagaimana tawashul beliau dengan Abbas bin Abdul Muthalib?

Diterangkan didalam hadits yang lain

قُمْ يا عَبَّاس فد علنا

“Wahai Abbas berdirilah engkau, maka hendaklah engkau mendoakan untuk kami”.

Ini adalah tawashulnya Umar bin khotob dengan Abbas, maksudnya adalah dengan doa beliau

قُمْ يا عَبَّاس فد علنا

“berdirilah ya Abbas dan doakanlah untuk kami”.

Tawashulnya beliau adalah dengan doa orang yang shaleh yang masih hidup & beliau radiallahu anhu (Umar bin khotob) dalam keadaan demikian parahnya yaitu kemarau panjang tidak datang ke kuburan Rasulullãh ﷺ dan mengatakan:

“ya Rasulullãh, doakan lah untuk kami karena engkau adalah orang yang paling afdhol /orang yang paling utama”.
Beliau radiallahu anhu tidak datang kepada Rasulullãh ﷺ, tidak datang kepada kuburan beliau demikian pula para shahabat radiallahu anhum, karena para shahabat radiallahu anhum memahami perbedaan keadaan ketika Rasulullãh ﷺ masih hidup & setelah beliau meninggal dunia, padahal saat itu keadaan sangat parah & tentunya orang dalam keadaan sangat genting, sangat parah mencari sebab mencari cara yang kira² paling manjur untuk keluar dari permasalahan tersebut.

Tapi beliau memilih meminta doa dari Abbas yang masih hidup akan tetapi & beliau tidak meminta doa dari Rasulullãh ﷺ.

Inilah pemahaman para shahabat radiallahu anhum. Maka bagaimana seseorang di zaman sekarang datang ke kuburan beliau Rasulullãh ﷺ meminta doa dari beliau atau meminta syafaat dari beliau ﷺ.

Ini adalah keterangan dari Rasulullãh ﷺ dan juga para shahabat yang menunjukkan

perbedaan antara orang yang shaleh yang masih hidup dengan orang yang shaleh yang meninggal dunia.

Jadi alasan bahwasanya mereka hidup mereka adalah hidup didalam kuburan mereka mendengar ucapan kita maka ini adalah alasan yang tidak benar. 







Sumber : Halaqoh Silsilah Islamiyyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy Lc. MA