ikhlas

Monday, February 5, 2018

An-Nawaqidhul Islam 06 : Penjelasan Pengantar Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 6


“`Penjelasan Kitāb Nawāqidhul Islām VI“`
Tidak semua orang yang mengucapkan ucapan kekufuran atau mengatakan amalan yang kufur kemudian dihukumi sebagai orang yang musyrik atau kafir, karena ada syarat-syarat diantaranya disebutkan oleh para ulama :


“`Orang yang mengatakan itu adalah orang yang baligh / berakal.“`


Apabila dia belum baligh / anak kecil (misalnya) mengatakan “aku adalah Tuhan” ucapan dia adalah ucapan kufur & tidak diragukan, ini adalah ucapan kufur tapi karena mengucapkan seorang anak kecil yang belum baligh maka tidak dihukumi dia sebagai orang yang kafir.



رفع القلم عن ثلاثة
 

Diantaranya adalah dari anak kecil sampai dia dewasa, pencatat amal diangkat dari tiga orang diantaranya dari anak kecil sampai dia dewasa

و عن الصبي حتى يكبر
 

Demikian pula berakal bila ada seorang muslim yang gila atau tidak waras kemudian dia mengucapkan ucapan yang kufur maka tidak dianggap dia sebagai orang yang kafir, karena dia mengucapkan ucapan ini dalam keadaan tidak berakal.
Demikian pula orang yang _mabuk_ misalnya dia mengucapkan ucapan yang 

kufur maka dia tidak dianggap sebagai orang yang kafir. 
Ucapan dia adalah ucapan yang kufur tetapi dia _tidak dianggap sebagai orang yang kafir. Ini maksudnya.
Demikian pula diantara syaratnya adalah dia dalam keadaan memiliki kehendak memiliki pilihan & bukan sedang dipaksa oleh orang lain, terkadang seseorang dipaksa untuk mengucapkan ucapan yang kufur atau melakukan perbuatan yang kufur “`padahal didalam hatinya dia mengingkari & tidak mau & beriman kepada Allāh & beriman kepada Rasul & dia merasa yakin dengan seyakin yakinnya dengan Islām tetapi diancam akan dibunuh /akan disiksa dipaksa untuk mengucapkan kalimat kufur.

Apabila dia mengucapkan dalam keadaan terpaksa dan dipaksa maka ini tidak mengeluarkan dia dari Islām.“`
Ucapan dia adalah ucapan yang kufur akan tetapi tidak dihukumi dia sebagai seorang yang kafir atau musyrik


“`مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا….
 

“Barangsiapa yang kufur dengan Allāh setelah keimanan dia 

إلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ
 

kecuali orang yang dipaksa sedangkan hatinya dalam keadaan – مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ – dalam keadaan hatinya tenang & beriman” [QS. An-Nahl : 106]“`

Dan ayat ini turun ketika Ammar bin Yasir radhiallahu anhu dipaksa oleh orang-orang musyrikin untuk mengucapkan kalimat yang kufur, disuruh untuk mencela Rasulullãh ﷺ & saat itu beliau dalam keadaan disiksa sehingga beliau terpaksa mengucapkan ucapan yang kufur padahal didalam hati beliau, beliau tenang dengan keimanan beliau.


إلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ
 

Rasulullãh ﷺ bersabda 

إِنَّ اللهَ تَـجَاوَزَ لِـيْ عَنْ أُمَّتِيْ الْـخَطَأَ وَالنِّسْيَانَ وَمَا اسْتُكْرِهُوْا عَلَيْهِ. حَسَنٌ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ وَالْبَيْهَقِيُّ وَغَيْرُهُمَـا
 

”sesungguhnya Allāh telah memaafkan dari umatku kesalahan & juga lupa & apa yang mereka dipaksa untuk melakukan “

Terkadang seseorang melakukan perbuatan yang kufur mengucapkan ucapan² yang kufur akan tetapi dalam keadaan terpaksa.
Ini Adalah diantara Qoidah-qoidah yang disebutkan oleh para ulama. Jadi mereka sangat berhati-hati sekali didalam masalah ini, tidak mengucapkan ucapan ini tidak meyakini kecuali dengan berdasarkan dalil yang jelas dari Al-Qur’an & Hadits nabi ﷺ.
Dalam suatu hadits Rasulullãh ﷺ bersabda :


`من قال لِأَخِيْهِ : يَا كَافِرُ, فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا
 

“Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya “hai Kafir”, maka sungguh kekafiran ini kembali kepada salah satu diantara keduanya ““`

Menunjukkan tentang bahayanya hukum ini, yaitu masalah kekufuran, masalah syirik, masalah nifaq, seseorang hendaklah _berhati-hati_ didalam masalah ini & menghukumi dengan jelas bahwasanya bahwasanya” si Fulan adalah kafir /si fulan adalah musyrik ” ini dilakukan oleh para ulama yang sudah dalam keilmuannya yang terpenuhi didalamnya syarat-syarat seorang Mufti.
Maka inilah ulama ulama yang *berhak* mengatakan” si fulan adalah kafir, si fulan adalah Musrik.


Sumber : Halaqoh Silsilah Islamiyyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy Lc. MA