ikhlas

Tuesday, February 20, 2018

An-Nawaqidhul Islam 16 : Penjelasan Kaidah Kedua Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 5


“Demikian pula Allāh mengabarkan dengan lisan nabiNya bahwasanya para Nabi & Rasul“

أحياء في قبورهم يصلون

Para nabi dan rasul mereka hidup di dalam kuburan mereka dalam keadaan « يصلون » dalam keadaan shalat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Para Nabi & Rasul hidup di alam Barzah, akan tetapi kehidupan mereka berbeda dengan kehidupan kita di dunia, kehidupan yang lebih sempurna dari pada kehidupan para syuhada dari pada kehidupan manusia yang lain.

Sekali lagi kehidupan mereka lain dengan kehidupan kita. Mereka tidak mendengar & tidak melihat apa yang terjadi di sini, tidak mengharuskan bahwasanya orang yang hidup di alam yang lain dia mendengar apa yang terjadi dengan di alam yang lain.

Dia hidup & kita hidup di sini tetapi dia hidup di alam yang lain (di alam barzah) sedangkan kita di alam dunia & tidak ada keharusan dia mendengar apa yang kita lakukan di sini. “Sebagaimana kita disini sama-sama dialam, kita hidup & orang yang di mekkah juga hidup akan tetapi tidak ada keharusan mereka mendengar apa yang kita ucapkan sekarang disini, padahal mereka hidup & sama-sama di alam dunia, bagaimana yang hidup di alam yang lain. Demikian pula seorang bayi yang ada di dalam perut ibunya, dia dalam keadaan hidup tetapi dia berada di alam yang lain, di alam rahim & tidak ada keharusan meskipun dia hidup mendengar apa yang kita ucapkan yaitu orang yang sudah lahir didunia. Sama-sama hidup tetapi tidak ada keharusan saling mendengar satu dengan yang lain, demikian pula para Nabi dan rasul orang-orang yang shaleh, mereka hidup di alam kuburnya akan tetapi tidak ada keharusan mereka mendengar apa yang kita ucapkan.“

إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ

[QS Fatir 14]
“kalau kalian meminta kepada mereka (berdoa kepada mereka) niscaya mereka tidak mendengar apa yang kalian ucapkan”.

Ini adalah kabar dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kabar dari Allāh bahwasanya mereka tidak mendengar apa yang kita ucapkan.

وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ ۖ

“seandainya mereka mendengar sekalipun « مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ ۖ » niscaya mereka tidak akan bisa meng ijabahi /mengabulkan doa seseorang”.

Seandainya mereka bisa mendengar tidak bisa meng ijabahi, lalu “untuk apa“ seseorang berdoa kepada mereka, seandainya mereka mendengar pun tidak bisa mereka mengabulkan. Jadi mereka hidup di alam Barzah tidak mengharuskan mereka mendengar apa yang kita ucapkan.

Beda antara orang yang shaleh dalam keadaan hidup bersama kita di dunia dengan orang yang shaleh yang sudah meninggal dunia. Apabila orang yang shaleh tersebut didunia hidup bersama kita, berada di dekat kita, mendengar ucapan kita boleh kita meminta doa darinya namun apabila sudah meninggal dunia maka tidak halal /tidak boleh kita meminta kepada orang shaleh tersebut, meskipun hanya meminta doa.

“Rasulullãh ﷺ membedakan antara beliau dalam keadaan hidup & beliau dalam keadaan meninggal dunia. Dalam keadaan hidup beliau bisa mendoakan tapi ketika beliau sudah meninggal dunia maka beliau tidak bisa mendoakan.“

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhâri di dalam kitabul mardho, Aisyah radiallahu anha ketika beliau sakit kepala dan mengatakan

وَارَأْسَـاه

Kalau dalam bahasa Indonesia kurang lebih “aduh sakit kepalaku” demikian.

Beliau mengatakan « وَارَأْسَـاه »

Kemudian Rasulullãh ﷺ mendengar ucapan Aisyah dan dia merasakan sakit dikepala nya

Rasulullãh ﷺ bersabda :

ذاك لو كان وأنا حي فأستغفر لك وأدعو لك

“Wahai Aisyah seandainya itu terjadi (yaitu) seandainya engkau sakit & sakitmu ini menjadikan engkau meninggal dunia( menjadi sebab engkau meninggal dunia sebelum aku), seandainya itu terjadi « وأنا حي » dan aku dalam keadaan masih hidup « فأستغفر لك وأدعو لك » niscaya aku akan memohonkan ampun untukmu dan niscaya aku akan mendoakan kebaikan untukmu”

Ini adalah ucapan Rasulullãh ﷺ dimana beliau membedakan antara

beliau dalam keadaan hidup & beliau dalam keadaan meninggal dunia. Seandainya beliau masih hidup niscaya bisa mendoakan, tapi kalau beliau sudah meninggal dunia maka beliau tidak bisa mendoakan & tidak bisa memohonkan ampun untuk orang lain bahkan kepada istrinya sendiri tidak bisa. Ini adalah hiburan kepada Aisyah

“selama aku masih hidup, niscaya aku akan mendoakan kebaikan untuk mu”. 


Sumber : Halaqoh Silsilah Islamiyyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy Lc. MA