ikhlas

Monday, November 5, 2018

HSI 8.07 - Cara Beriman kepada Para Rasul Bagian 5


Halaqah yang ke-7 dari Silsilah Ilmiyyah Beriman Kepada para Rasul "Cara Beriman kepada Para Rasul Bag 5".

Diantara cara beriman dengan para Rasul adalah waspada dari ghuluw atau berlebihan terhadap para Rasul alaihim wa salam, seperti menganggap beliau mengetahui yang ghaib atau mensifati beliau dengan sifat² ketuhanan dan Allāh 'azza wajalla melarang Ahlu kitab dari sikap ghuluw dengan firman-Nya:
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ ۚ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ۖ وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ ۚ…

“Wahai Ahlu kitab janganlah kalian berlebih-lebihan didalam agama kalian & janganlah kalian berkata atas nama Allāh kecuali kebenaran, sesungguhnya Isa Ibn Maryam adalah Rasulullãh dan kalimatnya yang dia lemparkan kepada Maryam dan dia adalah Ruh dariNya maka berimanlah kalian kepada Allāh dan RasulNya dan janganlah kalian katakan Tuhan itu tiga… ”(An-Nisa’ : 171)



Dan Rasulullãh ﷺ telah melarang kita untuk mengikuti langkah² mereka beliau ﷺ bersabda:
لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ

Janganlah kalian memujiku dengan berlebihan, sebagaimana orang-orang Nashrani berlebih-lebihan didalam memuji Ibn Maryam, sesungguhnya aku adalah hamba Allāh dan RasulNya (Hadits Shahih riwayat Al Imam Al Bukhori)



Dan diantara bentuk ghuluw orang-orang Nashrani adalah mengatakan Isa anak Allāh, orang Yahudi mengatakan Uzair adalah anak Allāh, Allāh berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

“Telah berkat orang-orang Yahudi bahwa Uzair adalah anak Allāh dan berkata orang-orang Nashrani bahwa Al Masih adalah anak Allāh, demikianlah ucapan² mereka dengan mulut² mereka, mereka menyamai ucapan orang-orang yang kafir sebelum mereka, Allāh melaknat mereka, lalu bagaimana mereka berpaling” (At-Tawbah : 30)



Padahal para Rasul alaihim Salam tidak memiliki sedikitpun sifat Rububiah & Uluhiyah yaitu sifat² Ketuhanan mereka tidak mengetahui yang ghaib kecuali setelah diberi tahu oleh Allāh ajja wajalla. Allāh berfirman:
عَـٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ فَلَا يُظۡهِرُ عَلَىٰ غَيۡبِهِۦۤ أَحَدًا (٢٦) إِلَّا مَنِ ٱرۡتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ۬ فَإِنَّهُ ۥ يَسۡلُكُ مِنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ رَصَدً۬ا (٢٧

“Dia lah Allāh yang mengetahui perkara yang ghaib maka tidaklah Dia menampakkan perkara yang ghaib kepada siapapun, kecuali orang yang Allāh ridhai dari kalangan para Rasul” (Al-Jinn 26-: 27)



Dan mereka juga tidak bisa memberikan manfaat & mudhorot kecuali dengan kehendak Allāh. Allāh berfirman:
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Katakanlah aku tidak memiliki untuk diriku sendiri manfaat & mudhorot kecuali apabila Allāh menghendaki dan seandainya aku mengetahui perkara yang ghaib niscaya aku akan memperbanyak kebaikan & tentunya aku tidak akan ditimpa kejelekan, tidaklah aku kecuali sebagai pemberi peringatan & pemberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman” (Al-A’raf : 188)

Sumber : Halaqoh Silsilah Islamiyyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy Lc. MA