ikhlas

Monday, October 16, 2017

HSI 7.22 - Beramal, Ridha Dan Berserah Diri Dengan Hukum-Hukum Yang Belum Dihapus (Naskh) Di Dalam Kitab-Kitab Allāh


Diantara cara beriman dengan kitab-kitab Allāh;
⑷ Beramal, ridha dan berserah diri dengan hukum-hukum di dalam kitab-kitab tersebut, baik yang kita ketahui hikmahnya atau tidak.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
“Dan tidak pantas bagi seorang yang beriman laki-laki dan wanita, apabila Allāh dan RasūlNya sudah menetapkan sebuah perkara, kemudian mereka memiliki pilihan yang lain di dalam urusan mereka. Dan barangsiapa yang memaksiati Allāh dan rasulNya, maka sungguh telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS Al-Ahzāb: 36)




Dan Allāh berfirman:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Rabbmu, mereka tidak beriman sampai mereka menjadikan engkau wahai Muhammad sebagai hakim di dalam perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak menemukan rasa berat di dalam hati-hati mereka terhadap apa yang engkau putuskan dan mereka menerima dengan sebenarnya.” (QS An Nisā: 65)
Adapun hukum yang sudah dihapus, maka tidak boleh diamalkan, seperti:
• ‘Iddah 1 tahun penuh bagi wanita yang ditinggal mati suaminya.
⇒ Sebagaimana di dalam surat Al-Baqarah ayat 240.
Maka telah dihapus dengan ayat 234 dari Surat Al-Baqarah yang isinya bahwa:
✓Masa ‘iddah wanita yang ditinggal mati suaminya adalah 4 bulan 10 hari.
Dan semua kitab yang terdahulu secara umum hukum-hukumnya telah dihapus dengan Al-Qurān.
⇒ Artinya, tidak boleh seorangpun baik jin maupun manusia mengamalkan hukum-hukum yang ada di dalam kitab-kitab sebelumnya, setelah datangnya Al-Qurān.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
“Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitāb (yaitu Al-Qurān) dengan haq yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan muhaymin kitab-kitab sebelumnya. Maka hendaklah engkau menghukumi diantara mereka dengan apa yang Allāh turunkan. Dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang datang kepadamu bagi masing-masing dari kalian telah kami jadikan syariat dan juga jalan.” (QS Al-Māidah: 48)
Bahkan Nabi Mūsā sekalipun yang diturunkan kepadanya Taurat harus berhukum dengan Al-Qurān, seandainya beliau masih hidup ketika Al-Qurān turun.



Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي
“Demi Zat yang jiwaku ada di tangannya, seandainya Mūsā hidup, niscaya tidak ada pilihan baginya kecuali mengikuti aku.”
(HR Ahmad dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albāniy rahimahullāh)
Oleh karena itu Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām salam yang diturunkan kepadanya Injīl di akhir zaman, ketika beliau turun akan berhukum dengan hukum Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Sumber : Halaqoh Silsilah Islamiyyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy Lc. MA.