ikhlas

Monday, October 9, 2017

HSI 7.19 - Kitab Al-Qurān (Bagian 5)


Sebagian nama-nama dan sifat-sifat Al-Qurān yang telah berlalu menunjukkan tentang kedudukan dan keutamaan Al-Qurān.
Oleh karena itu hendaklah seorang Muslim bersyukur kepada Allāh yang telah menurunkan kepada kita.
Dan diantara cara bersyukurnya adalah menunaikan hak-hak Al-Qurān.
Dan diantara hak-hak Al-Qurān:
■ HAK 1 | MEMBACANYA DENGAN TARTIL
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا 
“Dan hendaklah engkau mentartil Al-Qurān dengan sebenar-benar tartil.” (QS Al-Muzzammil: 4)




⇒ Mentartil artinya:
✓Membaca dengan pelan.
✓Membaca huruf-hurufnya dengan baik dan dengan memperhatikan:
• ⑴ Tempat-tempat wakaf (berhentinya).
• ⑵ Panjang pendeknya.
Sebagaimana dahulu Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam membacanya.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ ‏‏فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
“Orang yang mahir membaca Al-Qurān bersama malaikat-malaikat yang mulia lagi baik. Dan orang yang membaca Al-Qurān sedangkan dia masih terbata-bata ketika membacanya dan susah baginya maka dia mendapatkan 2 pahala.” (HR Bukhāri dan Muslim)
⇒ Dua pahala tersebut maksudnya adalah:
• Pahala membaca Al-Qurān.
• Dan pahala kesulitan yang dia alami.
Hendaknya seorang Muslim dan Muslimah;
⑴ Mempelajari ilmu tajwid dari seorang guru yang mumpuni dengan niat supaya bisa membaca Al-Qurān tersebut sebagaimana dibaca oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
⑵ Mempraktekkannya dengan sering membaca Al-Qurān sehingga semakin mahir dia di dalam membaca Al-Qurān.
Dan di dalam sebuah hadits Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qurān dan mengajarkannya.” (HR Bukhāri)
Dan diantara hak Al-Qurān adalah:



■ HAK 2 | MENGHAFALNYA
Menghafal seluruh Al-Qurān bukanlah sebuah fardhu ‘ain bagi seorang Muslim, yang wajib adalah menghafal yang dengannya sah shalatnya.
Namun, tentunya sebuah kemuliaan tersendiri bagi seorang Muslim dan Muslimah ketika Allāh memilih qalbunya dari sekian banyak qalbu untuk menghafal Al-Qurān Kalāmullāh Rabbul ‘ālamīn, membacanya kapan dia kehendaki.
⇒ Dan semakin banyak dia menghafal tentunya semakin utama.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا الظَّالِمُونَ 
“Bahkan dia adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada-dada orang-orang yang diberi ilmu dan tidak mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zhalim.” (QS Al-‘Ankabūt: 49)
◆ Dan hendaklah seorang yang menghafal Al-Qurān memuraja’ah (mengulang-ulang terus) apa yang sudah dia hafal.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
تَعَاهَدُوْا هَذَا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَلُّتًا مِنَ اْلإِبِلِ فِي عُقُلِهَا
“Hendaklah kalian mengulang-ulang Al-Qurān, maka demi Dzat  yang jiwa Muhammad ada di tanganNya sungguh Al-Qurān lebih mudah terlepas (yaitu dari qalbu seseorang) daripada terlepasnya unta dari ikatannya.” (HR Muslim)
◆ Selain itu, hendaknya orang yang menghafal Al-Qurān memperdengarkannya di hadapan Syaikh yang mumpuni dan meninggalkan kemaksiatan karena kemaksiatan dengan berbagai bentuknya memperburuk dan mempersulit hafalan Al-Qurān.
Sumber : Halaqoh Silsilah Islamiyyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy Lc. MA.