ikhlas

Thursday, March 1, 2018

An-Nawaqidhul Islam 23 : Penjelasan Kaidah Ketiga Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 4




Dan keyakinan kita tentang kekufuran orang-orang yang Musyrik & orang-orang yang Kafir bukan berarti kita tidak berakhlak kepada mereka, didalam Islām kita meyakini kekufuran orang-orang musyrikin tetapi disana ada batasan², boleh seseorang bermuamalah sesuai dengan batasan² syariat.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla membolehkan kita untuk berbuat baik kepada mereka selama mereka tidak memerangi kita didalam agama kita & tidak mengeluarkan kita dari daerah kita, maka kita diperbolehkan untuk berbuat baik kepada orang-orang Kafir sekalipun, berbuat adil.

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

[QS Al-Mumtahana 8]
“Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak melarang kalian dari orang-orang yang tidak memerangi kalian didalam agama,
 
وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ

Dan mereka tidak mengeluarkan kalian dari daerah kalian /tidak mengusir kalian”.
Allāh tidak melarang bagi kita semua untuk

أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ

“berbuat baik kepada mereka & juga berbuat adil kepada mereka”.

Berbuat baik memberikan hadiah misalnya atau memberikan shodaqoh seandainya kita adalah tetangga dari orang yang kafir/ orang Nashrani kemudian kita ingin memberikan hadiah atau memberikan shodaqoh.

Maka ini tidak masalah tidak dilarang dalam agama. Namun Kita harus meyakini bahwasanya mereka adalah orang yang kafir tidak boleh kita meyakini bahwasanya mereka muslim & tidak boleh kita ragukan bahwasanya mereka adalah orang yang kafir. Bermuamalah dengan cara ini diperbolehkan.

Demikian pula diperbolehkan jual beli dengan mereka, dan dahulu Rasulullãh ﷺ beliau pernah berhutang kepada orang Yahudi, maka ini diperbaiki

وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ

Demikian pula berbuat adil kepada orang-orang kafir maka ini diperbolehkan. Dan seorang muslim diperintahkan untuk berbuat adil kepada siapa saja baik kepada seorang muslim maupun kepada orang yang kafir. Demikian pula diperbolehkan untuk membuat perjanjian perdamaian dengan mereka, sebagaimana Rasulullãh ﷺ dahulu membuat perjanjian dengan orang-orang yahudi, yaitu ketika awal awal beliau datang sampai ke Madinah & dikota Madinah telah tinggal sebelumnya orang-orang yahudi maka beliau membuat perjanjian dengan orang-orang yahudi.

Demikian pula ketika Hudaibiyah beliau membuat perjanjian perdamaian dengan orang-orang Musyrikin quraish.

Demikian pula seorang anak yang memiliki orang tua yang kafir maka harus meyakini hal itu adalah kufur & tidak boleh dia meyakini bahwasanya dia adalah muslim dan tidak boleh ragu tentang kekufuran mereka tetapi Allāh Subhānahu wa Ta’āla masih memerintahkan seorang anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya meskipun orang tuanya adalah seorang yang kafir kecuali apabila diperintahkan untuk berbuat maksiat & menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, apabila diperintahkan untuk berbuat maksiat /kufur /menyekutukan Allāh maka tidak boleh seorang anak mematuhi orang tua didalam masalah ini.

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ

[QS Luqman 15]
“apabila orang tuanya memaksa dia untuk menyekutukan Allāh, maka tidak boleh ditaati ”.

وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ

“akan tetapi pergauli lah mereka di dunia dengan ma’ruf”.

Kita masih diperintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua kita meskipun dia adalah seorang yang musyrik atau dia adalah seorang yang kafir tetapi apabila sudah disuruh untuk menyekutukan Allāh, melakukan kekufuran, berbuat maksiat maka tidak halal bagi seorang muslim untuk mentaati orang lain didalam kemaksiatan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sumber : Halaqoh Silsilah Islamiyyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy Lc. MA