An-Nawaqidhul Islam 25 : Penjelasan Kaidah Keempat Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 2
Di dalam Al-Qur’an ketika Allāh Subhānahu wa Ta’āla
menyebutkan ayat warisan
يُوصِيكُمُ
اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ ۖ
لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ
ۚ…
[QS An-Nisa’ 11]
Disebutkan di
dalam ayat ini oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla tentang beberapa hal yang
berkaitan dengan hukum waris.
Bahwasanya :
✓ Anak laki-laki mendapatkan sekian
✓ Anak perempuan mendapatkan sekian
✓ Seorang ibu apabila ada anaknya maka dia mendapatkan
sekian
✓ Dan apabila si mayyit memiliki saudara maka dia
mendapatkan sekian
Ketentuan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Kemudian Allāh
mengatakan Ini adalah kewajiban dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Maksudnya membagikan warisan sesuai dengan yang sudah
Allāh bagi adalah sebuah kewajiban
إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Sesungguhnya Allāh adalah Dzat Yang Maha Mengetahui
& Maha Bijaksana”.
Demikian pula ketika Allāh Subhānahu wa Ta’āla
menyebutkan tentang orang-orang yang berhak untuk mendapatkan shodaqoh,
mendapatkan Zakat, yaitu firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla
إِنَّمَا
الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ
وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ
السَّبِيلِ ۖ
[QS At-Tawbah 60]
Kemudian Allāh mengatakan:
فَرِيضَةً
مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ
عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Ini adalah kewajiban dari Allāh & Allāh adalah Dzat
Yang Maha Mengetahui & Maha Bijaksana”.
Shodaqoh atau
Zakat, baik Zakat mal /Zakat Harta orang-orang yang berhak untuk mendapatkan sudah
ditentukan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak keluar dari 8 golongan yang
sudah Allāh sebutkan & Allāh memberikan syarat ini sesuai dengan ilmu Allāh
Subhānahu wa Ta’āla & Dia lah Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi
kita
وَاللَّهُ
عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“dan Allāh adalah Dzat Yang Maha Mengetahui & juga
Maha Bijaksana”.
Kewajiban kita sekali lagi adalah meyakini petunjuk
Rasulullãh ﷺ adalah lebih baik daripada
petunjuk selain beliau ﷺ.
أَوْ
أنَّ حُكمَ غيره أحسن
من حكمه
“Atau dia meyakini bahwasanya hukum selain beliau ﷺ adalah lebih baik daripada
hukumnya”.
Apabila ada
seorang meyakini bahwasanya keputusan & hukum selain Rasulullãh ﷺ adalah lebih baik daripada
hukum Rasulullãh ﷺ,
maka orang yang demikian telah membatalkan keIslaman.
Berhukum dengan hukum Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah
kewajiban.
إِنِ
الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ
[QS Yusuf 40]
“Tidaklah hukum kecuali untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla”.
Seorang Muslim Berhukum kepada Rasulullãh ﷺ apa yang datang dari
beliau harus ada diterima & diridhai, tidak boleh dia meyakini bahwasanya
hukumnya lebih baik daripada hukum Rasulullãh ﷺ
atau meyakini bahwasanya hukum selain beliau ﷺ
lebih baik daripada hukum beliau ﷺ.
Kewajiban kita adalah meyakini hukum beliau &
keputusan beliau adalah lebih baik daripada semua keputusan
فَلَا
وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ
يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ
[Surat An-Nisa’ 65]
“Tidak Demi Rabb mu mereka tidak akan beriman sampai
mereka menjadikan engkau sebagai hakim
yang memberikan keputusan”.
فِيمَا
شَجَرَ بَيْنَهُمْ
“Di dalam apa yang mereka perselisihkan ”.
ثُمَّ
لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا
مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sampai mereka menjadikan engkau sebagai hakim memberi
keputusan kemudian mereka tidak mendapatkan didalam hati mereka /didalam jiwa
mereka rasa berat ”.
وَيُسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
“Dan mereka menyerahkan diri mereka dengan sebenar-benar
penyerahan ”.
Allāh mengatakan:
فَلَا
وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ
Tidak beriman, menunjukkan bahwasanya Berhukum dengan
hukum beliau ﷺ
adalah kewajiban, karena Allāh sampai mengatakan
لَا
يُؤْمِنُونَ
Mereka tidak beriman /tidak akan sempurna keimanannya
sampai menjadikan engkau sebagai hakim didalam apa yang mereka perselisihkan
Orang-orang munafik dahulu mereka tidak mau berhakim
kepada Rasulullãh ﷺ
tapi mereka mencari yang lain didalam memutuskan perselisihan mereka, Berhukum
dengan selain hukum Rasulullãh ﷺ
adalah diantara sifat orang-orang munafik
أَلَمْ
تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ
أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ
إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ
قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى
الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ
يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ
أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
[QS An-Nisa’ 60]
Mereka ingin Berhukum dengan hukum Thogut
وَقَدْ
أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ
padahal mereka sudah diperintahkan untuk mengingkari
hukum Thogut
Berhukum dengan hukum nabi ﷺ
& meyakini bahwasanya hukum beliau & keputusan beliau lebih baik
daripada hukum yang lain maka ini adalah sebuah kewajiban.
كَالذِينَيُفَضِّلُونَ
حُكْمَ الطَّوَاغِيتِ عَلَى حُكْمِهِ
Kemudian beliau memberikan contoh seperti orang yang
mengutamakan & meyakini bahwasanya hukum yaitu hukum Thogut ini lebih baik
daripada hukum Nabi ﷺ.
Ucapan beliau
َيُفَضِّلُونَ
Menunjukkan bahwasanya orang ini meyakini bahwasanya
hukum selain hukum Allāh lebih baik. Didalam hatinya dia meyakini bahwasanya
hukum selain hukum Allāh lebih baik
فَهُوَ
كَافِرٌ.
Maka orang yang demikian adalah orang yang kafir.
Ini menunjukkan
bahayanya meyakini bahwasanya disana ada hukum yang lebih baik daripada hukum
Allāh & RasulNya. Karena ini termasuk pembatal² keIslaman, ini adalah
pembatal keIslaman yang ke-4 yang disebutkan oleh Syaikh rahimahullah
Sumber : Halaqoh Silsilah Islamiyyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy Lc. MA