ikhlas

Thursday, December 14, 2017

HSI Al-Qawa'idul Arba 20 : Penjelasan Kaidah Kedua Kitab Al-Qawa'idul Arba Bagian 9


Kemudian beliau mengatakan :

والمشفوع له: من رضيَ اللهُ قوله وعمله بعد الإذن كما قال تعالى: (مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ)[البقرة:255]
Siapakah yang berhak untuk mendapatkan syafa’at di hari kiamat, mereka adalah (kata beliau) :
من رضيَ اللهُ قوله وعمله
“orang yang Allāh ridhoi amalannya & juga ucapannya”

✓ Inilah orang yang mendapatkan syafa’at di hari kiamat, adapun orang yang tidak Allāh ridhoi ucapannya yang tidak Allāh ridhoi amalannya, maka Allāh tidak akan mengizinkan siapapun untuk memberikan syafa’at kepada dirinya.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla meridhoi dari kita Tauhid & Allāh tidak ridho kesyirikan, artinya orang yang akan mendapatkan syafa’at di hari kiamat adalah orang yang berTauhid yang meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta’āla dalam ibadahnya tidak menyerahkan ibadah sedikitpun kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Inilah orang yang akan mendapatkan ridho Allāh & mereka lah yang berhak untuk mendapatkan syafa’at.

Suatu hari Rasulullãh ﷺ pernah di tanya oleh Abu Hurairah radiallahu anhu, bertanya kepada Rasulullãh ﷺ tentang siapa yang paling bahagia mendapatkan syafa’at dari Rasulullãh ﷺ dihari kiamat.

Abu Hurairah berkata :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ … أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
[HR Bukhari, no.99].

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Ya Rasulullãh siapa orang yang paling berbahagia dengan syafa’at mu (yaitu pada hari kiamat) ”

Maka Rasulullãh ﷺ mengatakan :

مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
” Barangsiapa yang mengatakan – لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ – ikhlas dari hatinya ”

Orang yang yang mengatakan – لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ – berarti dia telah ber ikrar
” Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh ”

dan diamalkan di dalam kehidupan dia. – خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ – ikhlas dari hati nya. Bukan karena dipaksa bukan karena sebagai orang yang munafik yang hanya mengucapkan – لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ – dilisannya bukan dengan hati nya. Dia mengucapkan – لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ – ikhlas dari hati nya dan diamalkan dikehidupan dia sehari-hari, tidak berdoa kecuali kepada Allāh, tidak menyembelih kecuali hanya untuk Allāh, tidak bernadzar kecuali untuk Allāh, tidak beristighosah, istiadah, beristianah kecuali hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan seluruh ibadah, satupun ibadah tidak ada yang diserahkan kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla

Inilah orang yang akan berbahagia dengan syafa’at nya Rasulullãh ﷺ.

Dalam hadits yang lain beliau ﷺ mengatakan :

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفَاعَةً لِأُمَّتِي وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“sesungguhnya setiap Nabi memiliki Dakwah yang mustajab /memiliki doa yang mustajab (dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla) & masing-masing dari Nabi telah menyegerakan dari doa nya (yaitu di dunia, mereka sudah menyegerakan doanya didunia ini), dan sesungguhnya aku telah menyembunyikan doa ku / mengakhirkan doa ku pada hari kiamat sebagai syafa’at dariku untuk umatku “.

Ini doa mustajab dari beliau miliki, yang Allāh karuniakan kepada beliau beliau simpan dan ditunda sampai hari kiamat dengan maksud sebagai syafa’at bagi umat nya pada hari kiamat.

Kemudian beliau mengatakan :

وَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
“dan syafa’at ini (syafa’at ku) akan di terima insyaAllah oleh setiap yang meninggal diantara umatku yang dia meninggal tanpa menyekutukan Allāh sedikit pun”

Menunjukkan bahwasanya orang ya
ng berhak untuk mendapatkan syafa’at Rasulullãh ﷺ, dan juga syafa’at para Malaikat & juga syafa’at yang lain adalah orang yang tidak menyekutukan Allāh, orang yang di ridhoi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Beliau mengatakan :
“Setelah diizinkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla”.

Para Nabi, para Malaikat, para syuhada, orang-orang yang beriman mereka tidak akan bisa memberikan syafa’at kepada orang lain kecuali setelah di izinkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Jika Allāh mengizinkan maka mereka memberikan syafa’at, tapi jika Allāh tidak mengizinkan, maka mereka tidak bisa memberikan syafa’at. Tidak mungkin mereka bisa memberikan syafa’at kecuali setelah di izinkan & dibolehkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sebagaimana kata beliau :
كم قال الله تعالى :
( مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ)[البقرة:255]
“dan tidak ada yang memberikan syafa’at disisi Nya (yaitu disisi Allāh), kecuali dengan izin dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla”.

Menunjukkan bahwasanya syafa’at dihari kiamat berbeda dengan syafa’at di dunia. Di Hari kiamat seorang Nabi tidak mungkin memberikan syafa’at kecuali setelah diizinkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَىٰ

“berapa banyak Malaikat di langit yang tidak akan bermanfaat syafa’at mereka disisi Allāh – إِلَّا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ – kecuali setelah diizinkan orang Allāh Subhānahu wa Ta’āla ”[Surat An-Najm 26]
 
Menunjukkan bahwasanya Malaikat pun tidak bisa memberikan syafa’at kecuali setelah diizinkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Oleh karena itu sekali lagi seorang muslim apabila ingin mendapatkan syafa’at di hari kiamat maka hendaklah ia meminta kepada Allāh, Dzat akan mengiizinkan syafa’at tersebut. Dan Dialah yang memiliki syafa’at tersebut.

Hendaklah dia menghindari cara mendapatkan syafa’at yang tidak dibenarkan dan ini adalah cara orang-orang musyrikin yang ada di zaman Rasulullãh ﷺ, demikian pula cara yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin di zaman Nabi Nuh alaihi wa sallam, yaitu mereka mencari syafa’at dengan cara meminta kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla

Sumber : Halaqoh Silsilah Islamiyyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy Lc. MA