ikhlas

Wednesday, January 31, 2018

An-Nawaqidhul Islam 03 : Penjelasan Pengantar Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 3


Disana ada pembatal keIslam-an yang berupa Aqidāh, berupa keyakinan, berupa itiqod.
⇒ Meyakini bahwasanya ada ilāh selain Allāh
⇒ Meyakini bahwasanya hukum selain hukum Allāh adalah lebih baik dari pada hukum Allāh
⇒ Meyakini bahwasanya shalat tidak wajib
⇒ Meyakini sesuatu yang diharamkan jelas didalam agama meyakini bahwasanya itu halal.

Maka ini adalah keyakinan yang bisa membatalkan keIslam-an seseorang, sebagaimana orang² munafik mengucapkan kalimat – لا إله إلا الله – & mengucapkan – محمداً رسول الله – Akan tetapi mereka tidak berkeyakinan dua kalimat syahadat tersebut, didalam hati mereka, mereka tidak percaya bahwasanya Muhammad adalah Rasulullãh. Ini adalah bentuk kekufuran yang berupa keyakinan meskipun mereka mengatakan dihadapan Rasulullãh ﷺ “sesungguhnya engkau adalah rasulullah” tapi mereka tidak meyakini itu didalam hati mereka & Allāh menghukumi mereka sebagai orang kafir


إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ

“Apabila datang kepadamu wahai Muhammad orang² munafik
[Surat Al-Munafiqun 1]
 
قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ

mereka berkata 

“aku bersaksi bahwasanya engkau adalah Rasulullãh”

Ini dikatakan oleh orang-orang munafik

قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ

وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ

“dan Allāh tau bahwasanya engkau adalah rasul-Nya ”

وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ

” dan Allāh bersyahadat (bersaksi) bahwasanya orang-orang munafik adalah berdusta ”
Berdusta didalam ucapan mereka, mereka mengatakan” aku bersaksi bahwasanya engkau adalah Rasulullãh “akan tetapi dusta didalam hati mereka.

يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِم مَّا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ ۚ

[QS Al-Fath: 11]

“Mereka mengucapkan dengan lisan-lisan mereka apa yang tidak ada di dalam hati mereka”.
⇒ Hati mereka kufur dan mengingkari meskipun lisan mereka mengucapkan.
⇒ Menunjukkan kepada kita bahwasanya di sana ada keyakinan yang bisa membatalkan keIslaman seseorang.

Demikian pula pembatal keIslaman bisa berupa perbuatan anggota badan, seperti:
• Seseorang yang bersujud kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.
• Menyembelih untuk selain Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.
Maka ini adalah berupa perbuatan dan ini semua termasuk kufur, ini semua dinamakan dengan nawāqidhul Islām, yaitu perkara-perkara yang membatalkan keIslaman seseorang.
Mengetahui An-Nawāqidhul Islām (pembatal-pembatal keIslaman) merupakan perkara yang sangat penting.
● Seseorang mengetahui kebaikan untuk diamalkan dan mengetahui kejelekan supaya bisa terhindar dari kejelekan tersebut.
● Orang yang hanya mengetahui kebaikan tetapi tidak mengetahui kejelekan maka dikhawatirkan akan terjerumus di dalam kejelekan tersebut, disadari atau tidak disadari.
Mempelajari kejelekan tujuannya adalah untuk supaya kita terjauh dan terhindari dari kejelekan tersebut.
Ibrāhīm ‘alayhissalām berdo’a kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā: 


وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ (٣٥)

رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ … (٣٦)

[QS Ibrāhīm: 35]

“Ya Allāh, jauhkanlah aku dan anak-anakku dari menyembah berhala.”
Berdo’a dengan do’a ini, meminta kepada Allāh supaya dijauhkan beliau dan juga keturunan beliau dari menyembah berhala, berlindung kepada Allāh dari kesyirikan karena orang yang terjerumus ke dalam kesyirikan (penyembahan kepada berhala/makhluk) maka dia telah keluar dari Islam. Beliau ‘alayhissalām takut atas diri beliau, takut terjerumus ke dalam kesyirikan, demikian pula takut apabila ada keturunan beliau yang terjerumus ke dalam kesyirikan. 

وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ

“Ya Allāh, jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari menyembah berhala”.
Padahal siapa beliau ‘alayhissalām?
✓ Beliau adalah Imāmul al-muwahhidīn (imamnya orang-orang yang bertauhid kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā).

Beliaulah yang telah memecah berhala-berhala yang ada di kaumnya dengan tangan beliau sendiri.
✓ Beliau disakiti dan diuji karena mempertahankan aqidah beliau, mentauhidkan Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.
✓ Beliau mengajak kaumnya, bapaknya (dan) raja di zaman beliau untuk mentauhidkan Allāh.
✓ Beliau mendapatkan ujian yang berat karena berdakwah kepada Tauhid, dilempar ke dalam api, dan dengan izin Allāh Subhānahu wa Ta’ālā api tersebut menjadi dingin.
Dan ini semua adalah ujian yang berat bagi beliau ‘alayhissalām.
Akan tetapi meskipun demikian, beliau sangat takut apabila terjerumus ke dalam kesyirikan, oleh karena itu beliau berdo’a kepada Allāh dan mengatakan: 


وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ
 

Apabila beliau ‘alayhissalām takut dengan kesyirikan tersebut padahal beliau adalah imāmul muwahhidīn (imamnya orang-orang yang bertauhid), yang kita diperintahkan untuk mengikuti millah beliau
*“`Maka bagaimana dengan kita?“`*
Tentunya orang seperti kita harusnya lebih takut terjerumus ke dalam kesyirikan tersebut. 



Sumber : Halaqoh Silsilah Islamiyyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy Lc. MA