ikhlas

Tuesday, November 19, 2019

HSI 10.64 Perpindahan Kiblat


Nabi ﷺ dahulu ketika di Mekkah melakukan shalat dengan menghadap ke arah Baitul Maqdis & menjadikan Ka’bah antara beliau dengan Baitul Maqdis.

Ketika beliau hijrah ke kota Madinah beliau shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama kurang lebih 16 bulan.

Orang-orang Anshor shalat menghadap ke Baitul Maqdis kurang lebih 3 tahun & pada pertengahan bulan Rajab th kedua Hijriyah yaitu dua bulan sebelum terjadinya perang Badr terjadilah perpindahan Kiblat.

Orang-orang Yahudi ketika melihat Nabi ﷺ & shahabat nya shalat menghadap ke Baitul Maqdis mereka bergembira, mereka mengatakan sambil mengejek

Muhammad menyelisihi kita tetapi dia mengikuti kiblat kita

Maka Nabi ﷺ berharap Wahyu turun & beliau berkeinginan seandainya kiblat berubah menjadi arah Ka’bah, Allāh pun mengabulkan keinginan beliau. Allāh Subhānahu wa Ta’āla berkata
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ۗ..
[QS Al-Baqarah 144]

sungguh Kami telah melihat bulak balik nya wajahmu kemarahan atas, maka sungguh Kami akan memalingkan wajahmu kearah kiblat yang engkau ridhoi, maka palingkanlah wajahmu ke arah al-Masjidil Haram & dimanapun kalian berada maka hendaklah kalian harapkan wajah² kalian kearahnya.
Ibnu Hajar rahimahullah di dalam Fathul Baari menyebutkan telah mengumpulkan beberapa riwayat bahwa shalat menghadap ke Ka’bah yang pertama yang beliau lakukan adalah shalat Dhuhur di masjid Bani Salimah, atau sekarang dikenal dengan Masjid kiblatain & shalat menghadap ke Ka’bah yang pertama yang beliau lakukan di Masjid Nabawi adalah shalat Ashar. Adapun di Kuba maka penduduk Kuba melakukan shalat pertama menghadap Ka’bah adalah ketika shalat subuh.

Perpindahan Kiblat ini membuat orang Yahudi marah, mereka mengatakan

bahwa kebaikan adalah dengan menghadap arah Baitul Maqdis

Maka Allāh menurunkan FirmanNya
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
[QS Al-Baqarah 177]

bukanlah kebaikan itu kalian memalingkan wajah² kalian kearah Timur & Barat , akan tetapi kebaikan adalah orang yang beriman kepada Allāh & hari Akhir & para Malaikat & Kitab serta para Nabi
Dan mereka bertanya²

apa yang memalingkan Muhammad & para shahabatnya dari Baitul Maqdis

Maka Allāh menurunkan FirmanNya
سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا ۚ قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ[QS Al-Baqarah 142]

maka akan berkata orang² yang bodoh diantara manusia apa yang memalingkan mereka dari kiblat mereka yang dahulu mereka menghadapnya , katakanlah wahai (Muhammad) milik Allāh Timur & juga Barat & Allāh memberikan petunjuk siapa yang dikehendaki kepada jalan yang lurus.
Diantara hikmah dipindahkannya kiblat adalah untuk ujian bagi orang² yang beriman apakah mereka mengikuti Rasulullãh ﷺ atau tidak. Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan
… وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
[QS Al-Baqarah 143]

dan tidaklah Kami menjadikan kiblat yang dahulu engkau menghadapnya kecuali supaya kami mengetahui siapa yang mengikuti rasul dari orang² yang murtad & sungguh ini adalah berat kecuali bagi orang-orang yang Allāh berikan hidayah & tidaklah Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyia-nyiakan keimanan kalian, sesungguhnya Allāh Maha Penyantun dan Penyayang bagi manusia.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada Halaqah kali ini & sampai bertemu kembali pada Halaqah selanjutnya.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Abdullāh Roy
Di kota Jember

*Materi audio ini disampaikan di dalam Grup WA Halaqah Silsilah ‘Ilmiyyah (HSI) ‘Abdullāh Roy.